SoloposFM – Setelah kehilangan instrumen pengendalian harga berupa operasi pasar berbentuk paket sembako murah, Pemerintah Kota (Pemkot) Solo akhirnya menggagas Pasar Gotong Royong yang tidak hanya melibatkan unsur pemerintah dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Solo, tapi juga seluruh BUMN pangan, swasta, pedagang, dan distributor.
Seluruh stakeholder akan bergerak bersama-sama menyelenggarakan Pasar Gotong Royong Bakdan Ning Solo di Benteng Vastenburg, Rabu-Kamis (6-7, Juni 2018), sebagai upaya menjaga keterjangkauan harga dan ketersediaan pasokan komoditas pangan menjelang Lebaran. Untuk beberapa komoditas utama, sejumlah pedagang, distributor, dan BUMN pangan akan menawarkan harga yang lebih terjangkau dibandingkan harga pasaran. Berdasarkan data yang diterima Espos, Pasar Gotong Royong akan diikuti 73 penyedia komoditas, baik pedagang dan distributor di sejumlah pasar induk seperti Pasar Legi dan Pasar Gede, Badan Urusan Logistik (Bulog), PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI), Pertamina, Perumda Pedaringan, pedagang binaan beberapa dinas seperti Dinas Perdagangan, Dinas Koperasi dan UMKM, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, termasuk beberapa ritel modern.
Walikota Solo, F.X.Hadi Rudyatmo, menegaskan esensi Pasar Gotong Royong berbeda dengan pasar murah. Meski melibatkan pedagang dan distributor pangan, Rudy memastikan harga komoditas pokok pangan yang ditawarkan lebih terjangkau dari harga pasaran. Dalam penyelenggaraan pasar gotong royong ini, pemerintah hanya mengucurkan anggaran untuk mensubsidi pedagang yang diambil dari anggaran di dinas terkait.
Wakil Ketua TPID Solo, Bandoe Widiarto, menjelaskan pasar gotong royong menjadi salah satu upaya menjaga keterjangkauan harga dan ketersediaan pasokan menjelang Lebaran. Di Pasar Gotong Royong akan tersedia komoditas bahan kebutuhan pokok yang paling banyak dicari masyarakat selama Ramadan dan menjelang Lebaran seperti beras, daging ayam, telur, gula.
“Ini adalah upaya pemerintah dan TPID untuk bisa menyediakan bahan kebutuhan pokok yang sering menjadi pemicu inflasi,” kata Bandoe. Berdasarkan data historis yang ada, komoditas daging ayam, telur, cabai, dan bawang putih, kerap memicu inflasi menjelang Lebaran. Dengan upaya ini dan tren harga komoditas terkini di pasar tradisional Solo, Bandoe yakin pergerakan harga akan lebih terkendali.
Kasi Analisis Harga dan Pasar Bulog Subdivre III Surakarta, Doni Kuswardono, menjelaskan pada Pasar Gotong Royong hari ini Bulog akan menyediakan komoditas berupa beras premium, minyak goreng, gula pasir, terigu, dan daging beku. Momentum tersebut juga akan menjadi ajang bagi Bulog untuk mempromosikan ketersediaan komoditas daging beku yang merupakan daging kerbau impor dari India dan bisa sebagai alternatif pengganti daging sapi. (Hijriyah Al Wakhidah)
[diunggah oleh Avrilia Wahyuana]
Foto : Pasar Gotong Royong Bakdan Neng Solo (dokumentasi Bank Indonesia Solo)