SoloposFM – Beda pandangan politik bisa terjadi di mana saja, termasuk di keluarga. Bahkan pasangan suami istri pun bisa saja punya pandangan politik yang berbeda. Psikolog klinis dewasa dari Psychological Service Centre and Laboratory Bina Nusantara University, Pingkan Rumondor, mengungkapkan beda pilihan politik adalah hal yang mungkin banget terjadi dalam hubungan suami istri.
Berdasarkan sebuah survei di Amerika, setidaknya ada 30 persen partisipan dari lebih dari 18 juta pasangan menikah memiliki pandangan politik yang berbeda dengan pasangannya. Data di Indonesia tahun 2013 menyebutkan ada 2.094 pasangan yang cerai karena perbedaan pandangan politik.
Bagaimana menyikapi perbedaan ini agar tidak mengganggu hubungan rumah tangga? Kata Pingkan, ada beberapa hal yang bisa kita lakukan, yaitu:
1. Terima Perbedaan
Coba deh kita terima perbedaan pandangan politik ini sebagai hal yang wajar. Kemudian, pisahkan figur partai politik, calon presiden, atau caleg dengan figur pasangan. Ingat, perbedaan pandangan politik nggak serta merta bikin pasangan kita jadi sama persis dengar figur yang kita dukung.
2. Tentukan Zona Bebas Diskusi Politik
“Tentukan zona bebas diskusi politik. Sepakati waktu-waktu untuk tidak membicarakan soal politik misalnya saat sedang berdua di kamar, menjelang tidur atau sebelum san sesudah berhubungan seks, atau saat sedang menghabiskan waktu dengan anak,” kata Pingkan waktu ngobrol dengan HaiBunda.com.
Nah, saat diskusi mengenai figur pilihan masing-masing, Pingkan berpesan ungkapkan fakta aja dan hindari membicarakan gosip, Bun. Nggak kalah penting, tetap hargai pasangan, hindari mencela dia karena kita merasa nggak cocok dengan figur yang dia pilih. Kata Pingkan, ingat bahwa pasangan nggak sama persis dengan figur yang dia pilih. Jadi, kita tetap perlu menghargainya dan menghindari mengejek atau mencela dirinya.
3. Cari Nilai yang Sama
Kata Pingkan, cari nilai-nilai yang sama antara kita dan pasangan. Meskipun aspirasi politik berbeda, bisa jadi kita punya nilai yang sama. Misalnya nih, Bunda dan suami sama-sama menginginkan pemimpin yang peduli pada rakyat, menghargai pendidikan yang murah, atau menghargai pemimpin yang bisa bekerja dengan cepat.
4. Utamakan Keterbukaan Komunikasi
Pingkan bilang, sama seperti masalah hubungan lainnya jaga keterbukaan komunikasi dengan memakai ‘I message’ saat mengungkapkan perasaan ke suami lalu fokus pada fakta dan hindari generalisasi. Misalnya, perkataan suami menyakiti hati kita karena mencela calon pilihan.
5. Budayakan Komunikasi Sehat
Cari waktu untuk mendiskusikan pandangan politik masing-masing, jadilah pendengar yang baik dan tanggapi secara dewasa. Hal ini dapat membantu kita memahami mengapa suami memilih calon tersebut, dan sebaliknya, ia juga bisa lebih memahami kita.
[Avrilia Wahyuana]
Foto : Ilustrasi pasangan suami istri (sumber foto : Naviri Magazine.com)