SoloposFM – Lambatnya penanganan pengendalian tembakau ternyata turut berkontribusi pada lambatnya penanganan Covid-19 di tanah air. Hal itu seperti disampaikan Ketua Komisi Nasional Pengendalian Tembakau (Komnas PT), Hasbullah Thabrany.
Hasbullah mengatakan tingkat kematian akibat Covid-19 beberapa di antaranya dipicu oleh penyakit penyerta atau komorbid yang berkaitan dengan merokok seperti jantung, hipertensi, diabetes, dan lainnya.
Studi yang dilakukan Komnas PT menemukan 50 persen responden masih tetap merokok selama pandemi Covid-19. Bahkan, 13-15 persen responden mengaku konsumsi rokoknya meningkat selama bekerja dari rumah (WFH). Mereka mayoritas berasal dari kelompok berpenghasilan rendah di bawah Rp5 juta per bulan.
Ia juga menilai upaya pemerintah menekan laju konsumsi rokok tidak sekeras menangani pandemi Covid-19. Padahal, tingginya konsumsi rokok menjadi pintu masuk penularan Covid-19. Vaksinasi yang dilakukan pemerintah pun tidak menjamin 100 persen tidak tertular Covid-19.
Di Solo, perilaku merokok di Kawasan Tanpa Rokok (KTR) masih terus ditemukan. Keberadaan Peraturan Daerah No.9/2019 tentang KTR dinilai masih kurang optimal menekan perilaku tersebut.
Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Solo segera menerapkan sanksi penuh kepada pelanggarnya. Dua tahun berjalan dalam masa sosialisasi Perda KTR dianggap sudah cukup.
Di sisi lain, Dinas Kesehataan Kota (DKK) Solo terus menginisiasi pengembangan Kampung Bebas Asap Rokok (KBAR). Hingga awal 2021, sebanyak 76 KBAR telah terbentuk, di mana 8 di antaranya mendapatkan penguatan program oleh Yayasan Kepedulian untuk Anak Surakarta (KAKAK).
Pendapat Pendengar
Sementara itu, berdasarkan hasil polling dalam program Dinamika 103, Senin (4/5), menunjukkan bahwa sebanyak 67 persen responden menyatakan tetap merokok di masa pandemi.
Hal itu seperti disampaikan Sasongko, “Kebetulan saya tidak perokok. Tapi covid tidak covid, teman kantor saya yang sudah biasa merokok tetap saja merokok. Bahkan di ruang ber-AC-pun mereka tetap merokok.”
Hal senada disampaikan Arijanto Wibowo, “Saya melihat perokok tetap ada di pandemi ini. Tapi, kenapa selama ini sering diangkat tentang rokok saja yang mempengaruhi kesehatan? Harusnya asap dari kendaraan, asap pabrik, bakaran sampah plastik dan lain-lain juga dibahas.”
Sementara, menurut Hasna, “Tetap saja kok, teman-teman atau saudara yang memang perokok tetap jadi perokok sejati. Ancaman penyakit akibat asap rokok saja mereka abaikan apalagi ancaman corona.”
[Diunggah oleh Mita Kusuma]