SoloposFM, Kabupaten Kudus, Jateng, tengah menjadi sorotan akibat ledakan kasus infeksi covid-19 sejak pertengahan Mei 2021, usai Lebaran. Kini Kudus berstatus zona merah.
Ada sejumlah hal yang menyebabkan kasus penularan corona di Kudus melonjak tajam. Mulai dari kondisi pasien corona yang ternyata ditunggu keluarga hingga ziarah usai Lebaran. Penanganan yang tak baik juga memperparah kondisi di Kudus.
Tak sedikit masyarakat yang malah menunggu keluarganya yang tertular corona saat dirawat di rumah sakit atau tempat isolasi terpusat, bahkan tanpa APD. Kondisi ini ditemukan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo saat sidak ke RSUD Loekmono Hadi Kudus pada Senin (31/5) lalu. Melihat kondisi ini, Ganjar langsung menegur Bupati Kudus Hartopo dan Dirut RSUD Loekmono Hadi. Ganjar menegaskan tindakan itu berbahaya dan harus dilarang.
Baca juga : Pelonggaran Aktivitas di Mal, Sobat Solopos: Nggak Usah Ngemal!
Penyebab lain melonjaknya kasus corona di Kudus diduga akibat ziarah masyarakat yang dilakukan ramai-ramai saat Lebaran, pun dengan ramainya silaturahmi ke tetangga dan keluarga. Hal ini diungkap Kapolda Jateng Irjen Pol Ahmad Luthfi. Ahmad pun langsung bergerak cepat, mengerahkan pembentukan kompi/pleton siaga gabungan antara TNI-Polri, tenaga kesehatan, Satpol PP, sebagai power hand yang siap digerakkan kapan pun.
Dibawa ke Donohudan
Satgas COVID-19 Nasional menyebut penanganan corona di Kudus tak berjalan baik. Sebab, Kudus yang sebelumnya berzona oranye, usai Lebaran masuk kategori zona merah. Ia pun meminta daerah-daerah belajar dari Kudus dan mengimbau persoalan zonasi risiko penularan corona jangan dianggap remeh.
Baca juga : PTM Mulai Juli, Pendengar Solopos FM : Antara Siap Dan Tidak Siap
Sementara itu, ratusan penderita Covid-19 dari Kabupaten Kudus dibawa ke Asrama Haji Donohudan, Boyolali guna menjalani isolasi terpusat. Mereka dibawa secara bergelombang dan telah berlangsung sejak Minggu (6/6/2021) malam.
Pasien Covid-19 dirawat secara terpusat di Asrama Haji Donohudan guna memudahkan penanganan sekaligus penyembuhan. Sementara, gelombang pasien Covid-19 dari Kudus terus berdatangan dan diangkut dengan bus.
Satgas Covid US
Tonang Dwi Ardyanto dr. SpPK, PhD, Juru Bicara Satgas Covid-19 UNS pada program Dinamika, Selasa (08/06/2021), mengaku prihatin dengan kasus Kudus. Menurutnya hal itu terjadi karena pelonggaran dan banyak terjadi kerumunan, padahal vaksinasi baru 2%.
“Lima hal penyebab ledakan kasus diantaranya pelonggaran yang membuat orang mulai santaid an abai. Kemudian adanya kerumunan. Selain itu testing Covid-19 juga masih minim. Vaksinasi juga cakupannya masih dibawah 4%. Dan terakhir adalah adanya mutasi,” paparnya.
Menurut Tonang langkah membawa Orang Tanpa Gejala (OTG) ke asrama haji Donohudan Boyolali juga tepat untuk memutus ekor rantai penyebaran. Tonang meminta masyarakat menyadari jika pandemi belum berakhir.
“Jika masih ada kasus berarti memang pandemic belum berakhir. Untuk itu masyarakat harus jujur. Jika positif harus lapor ke Puskesmas. Pemerintah juga harus memperhatikan porsi perlindungan sosial dan insentif untuk warga terdampak. Agar warga yang diisolasi tidak memikirkan ekonominya dan keluarga. Yang paling penting tertib pakai masker dan cuci tangan,” pungkas Tonang.
Opini Pendengar Solopos FM
Hasil polling SoloposFM, pada program Dinamika, Selasa (08/06/2021), mayoritas mengaku khawatir dengan ledakan kasus Covid-19 di Kudus. Sebanyak 75% pendengar mengaku khawatir sementara 25% sisanya mengaku sebaliknya.
Berikut sejumlah opini mereka:
“Menurut saya, itu tergantung kebijaksanaan masing-masing daerah. Kasihan anak-anak belajar daring tidak membuat mereka paham materi pelajaran. Semoga pandemi cepat berlalu,” ungkap Atik.
“Ulasan dr. Tonang sangat bagus, bisa di ulang-ulang agar kita semua faham bagaimana seharusnya kita berperilaku di masa pandemi,” tulis Ahmad.
“Khawatir boleh tapi tidak berlebihan,” ungkap Dyah.
[Diunggah oleh Avrilia Wahyuana]