SoloposFM, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mencatat sebanyak 2,8 persen atau 1.296 sekolah melaporkan klaster penyebaran Covid-19 selama pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas.
Direktur Jenderal (Dirjen) PAUD dan Pendidikan Dasar Menengah Kemendikbudristek, Jumeri mengatakan jumlah itu berdasarkan hasil survei yang pihaknya lakukan di 46.500 sekolah hingga 20 September.
Dalam paparan Jumeri, klaster penyebaran Covid-19 paling banyak terjadi di SD sebesar 2,78 persen atau 581 sekolah. Lalu, PAUD 252 sekolah dan SMP sebanyak 241 sekolah. Kemudian SMA sebanyak 107 sekolah, SMK 70 sekolah, dan terakhir Sekolah Luar Biasa (SLB) sebanyak 13 sekolah.
Bagaimana Pelaksanaan PTM di Jateng?
Sebanyak 90 siswa di SMP Negeri 4 Mrebet Purbalingga terpapar virus Corona atau COVID-19 usai mengikuti pembelajaran tatap muka (PTM). Hal tersebut terungkap usai pihak sekolah menggelar rapid test antigen bersama Dinkes Purbalingga.
Mendapati adanya ledakan kasus itu, Pemerintah Kabupaten Purbalingga akan melaksanakan isolasi terpusat bagi 90 siswa yang positif corona dan telah menyiapkan tempat karantina.
Hal serupa juga terjadi di MTs di Pecangaan, Jepara, Jawa Tengah. 25 siswa maupun guru di sekolah tersebut terpapar virus Corona. Menanggapi hal tersebut, Ganjar meminta Satgas COVID-19 kota/kabupaten melakukan tes secara acak ke sekolah-sekolah. Ia pun mengingatkan sekolah harus betul-betul siap sebelum menggelar PTM dan jangan asal mengaku siap. Untuk sekolah yang belum siap , dirinya mengatakan siap mendampingi agar kemudian siap melakukan pembelajaran tatap muka. Sebagai langkah pertama, Ganjar sudah menginstruksikan agar sekolah tersebut ditutup untuk sementara.
Opini Sobat Solopos
Hasil polling Instagram @soloposfmsolo untuk Program Dinamika, Kamis (23/9/2021), menunjukkan hasil yang imbang. 50% Sobat Solopos memilih tetap lanjutkan pelaksanaan PTM dengan penerapan prokes yang ketat. Sementara itu, 50% lainnya meminta penghentian sementara proses PTM.
Berikut Sejumlah Opini Sobat Solopos
“Lanjut PTM tetapi dengan penerapan prokes ketat. Kasihan anak-anak sudah lama tidak sekolah normal,” papar Endang.
“Sebenarnya ini yang saya khawatirkan sejak awal PTM, yaitu munculnya beberapa klaster baru Covid-19 di sekolah. Mungkin karena belum mendapatkan vaksinasi atau lalai akan prokes. Menurut saya untuk sementara disetop dulu untuk dievaluasi. Waspadalah Covid-19 masih mengintai. Memang benar, kita harus bisa hidup berdampingan dengan Covid-19 tetapi harus waspada dan perketat prokes,” imbuh Sri.
“Lanjutkan saja dan jangan cemas yang penting tetap prokes dan SOP,” papar Sulung.
“Harapan saya tetap lanjut tetapi memang harus ada pengawasan dan sidak rutin dari dinas pendidikan atau satgas Covid ke sekolah-sekolah. Pasti repot dan memerlukan tenaga lebih agar bisa konsisten karena faktanya ada sekolah yang mulai abai atau jadikan prokes sekedar formalitas saja. Semoga ada sanksi tegas untuk sekolah yang tidak serius jaga prokes dan jadikan sekolah yang prokesnya baik sebagai contoh. Semoga di solo tidak terjadi kasus. Aamiin,” ungkap Nur Syamsiah.
“Menurut saya PTM tetap dilanjutkan. Bila terjadi klaster baru maka perlu adanya evaluasi atau pembenahan lagi. Tentunya dengan manajemen kontrol, pengawasan yang lebih ketat, serta selalu mengingatkan siswa untuk tetap pakai masker dan jaga jarak. Jangan sampai lengah. Disiplin dari saat mau masuk gerbang sekolah sampai di ruang kelas. Semoga saja di Soloraya tidak terjadi kluster baru di PTM ini,” tutup Priyanto.
[Diunggah oleh Dany Sekty Anggoro]