SoloposFM, Tahun ajaran baru 2021/2022 baru saja bergulir, dan tahun ajaran 2022/2023 masih lama. Namun nyatanya sejumlah sekolah swasta di Kota Solo sudah mulai berburu murid atau peserta didik baru untuk tahun ajaran mendatang.
Sekolah swasta sudah mengedarkan surat pendataan peminat sekolah gelombang istimewa tahun ajaran 2022/2023 yang berisi informasi jadwal pendaftaran siswa hingga pembiayaannya. Dari situ diketahui tingginya biaya yang mereka patok.
Fenomena tingginya biaya masuk sekolah dasar (SD) swasta di Kota Solo diakui anggota Komisi IV DPRD Solo, Asih Sunjoto Putro. Menurut dia wajar sekolah-sekolah swasta menetapkan biaya lebih tinggi dibandingkan sekolah negeri.
Baca juga : Denda Tilang Diganti Vaksinasi, Sobat Solopos : Jangan Jadi Blunder!
Sebab semua pembiayaan di sekolah swasta seperti honor guru, mengandalkan pemasukan dari orang tua siswa atau wali murid. Mereka juga harus mandiri dalam pengelolaan gedung atau sarana dan prasarana yang ada. Jika ada bantuan pemerintah, menurut dia, sifatnya hanya mendukung.
Fenomena banyaknya orang tua siswa yang menyekolahkan anaknya di sekolah dasar (SD) swasta di Kota Solo kendati berbiaya mahal, memantik komentar Ketua Dewan Pendidikan Solo, Djoko Riyanto. Dalam Dinamika 103 SoloposFM, Jumat (08/10/2021), dia menilai masyarakat sekarang semakin cerdas dan berpikir logis. Dalam konteks mutu pendidikan, mereka mengukurnya dari hasil lulusannya. Sejauh mana siswa mendapat bekal pendidikan.
Dewan Pendidikan Solo
Djoko menilai banyak masyarakat yang sampai memesan tempat terlebih dulu di sekolah, dengan mendaftarkan anak mereka jauh hari. Mereka mendaftarkan anak ke sekolah favorit itu setahun sebelum tahun ajaran baru.
“Sekarang banyak sekali masyarakat yang bisa dikatakan inden. Mau sekolah saja inden, rung lulus wae wes di-indenke, suk tak sekolahke kono. Itu karena masyarakat tahu hasil lulusannya punya kualitas ciri khusus,” terang dia.
Kualitas pendidikan dengan ciri khusus tersebut bisa beraneka macam. Namun yang beberapa tahun terakhir sedang marak yaitu hafalan Juz dalam Alquran. Orang tua ingin anaknya mendapatkan bekal pendidikan agama yang cukup. Terutama para orang tua yang dalam kesehariannya disibukkan dengan bekerja atau mencari uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Mereka sadar tak memiliki cukup waktu untuk mendidik anak, sehingga dilimpahkan ke sekolah.
“Namun, masyarakat atau orang tua siswa jangan memaksakan menyekolahkan anak mereka di sekolah dasar (SD) swasta favorit di Kota Solo bila merasa keberatan dengan biaya masuk yang cukup tinggi. Jangan hanya karena gengsi juga, tapi benar dipikiran biayanya. Banyak SD negeri di Solo yang menjadi favorit masyarakat karena tak kalah dari sekolah swasta,” ungkap Djoko Riyanto, Ketua Dewan Pendidikan Solo.
Baca juga : RSUP Surakarta : Waspadai Gejala Penyebab Stroke Serta Pencegahannya
Di tengah fenomena semacam itu, Djoko merasa SD negeri kurang bisa menunjukkan nilai lebih atau program khusus mereka. Padahal menurut dia sebenarnya cara yang sama bisa dilakukan SD negeri melalui program ekstra kurikuler.
Ciri khusus atau nilai lebih SD negeri bisa diberikan di bidang-bidang keterampilan (life skill) yang aplikatif dengan kehidupan nyata. Peluang untuk mewujudkan hal itu dinilai cukup terbuka mengingat kemampuan para guru.
“Sebenarnya SD negeri peluangnya banyak tatkala mempunyai guru-guru yang handal di bidangnya. Kan banyak guru negeri yang punya keahlian seperti olahraga, komputerisasi, kesenian, bahasa Inggris, dan life skill lain,” kata dia.
Kendati beberapa SD negeri sudah mulai bergerak ke arah sana, tapi menurut Djoko implementasinya belum maksimal. Apalagi pemberian materi keterampilan lebih itu tidak diikuti dengan propaganda yang cukup.
Opini Sobat Solopos
Dalam Dinamika 103 SoloposFM, Jumat (08/10/2021), 50% Sobat Sobat Solopos menilai pemilihan sekolah swasta tersebut karena ketersediaan kualitas dan fasilitasnya. Sedangkan 50% sisanya menilai karena gengsi orangtua.
Berikut sejumlah opini Sobat Solopos:
“TK swasta yang punya nama di tahun 90ans aja sudah mahal untuk jamannya. Memang secara kwalitas oke. Dulu waktu TK lain cuman bermain, TK swasta sudah diajari membaca dan berhitung dan bahasa Inggris meski hanya warna dsbnya,” ungkap Kartiman.
“Kami sekolahkan anak-anak kami di swasta karena mencari pendidikan yang lebih baik dan karena kendala zonasi yang bagi kami gak fair. Kami gak bisa menyekolahkan anak di sekolah negeri favorit walaupun nilai tinggi,” tulis Budi.
“Tentu pilih sekolah swasta karena kualitasnya. Kalau SD negeri ya terkendala zonasi. Konsekuensi tentu di biayanya yang tinggi. Jadi kami harus menyiapkan juga dana pendidikan sejak awal, bahkan sejak hamil. Demi kualitas pendidikian anak,” ungkap ana.
[Diunggah oleh Avrilia Wahyuana]