SoloposFM, Sebagai upaya membangun jejaring komunikasi antara alumni dengan prodi, Ikatan Alumni Program Doktor Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Sebelas Maret Surakarta sukses menyelenggarakan International Conferences of Humanities and Social Science (ICHSS) untuk pertama kalinya pada 8 Desember 2021.
Konferensi bertajuk “The Study of Humanities and Social Science to Develop a Form of Unity in Diversity” mampu menarik 121 naskah penelitian dari berbagai disiplin ilmu. Pengirim naskah terdiri dari para dosen, pegiat BIPA, mahasiswa S-3, dan praktisi di berbagai bidang ilmu.
Baca juga : Penataan Hotel Lawas Kestalan Dinilai Efektif Ubah Stigma Negatif Kawasan
Hadir dalam ICHSS ini Rektor UNS, Prof. Dr. Jamal Wiwoho, S.H, M.Hum. beserta jajarannya. Dalam sambutannya, Jamal menyampaikan kegiatan perdana ini dapat memberikan dampak positif bagi kemajuan prodi S-3 PBI UNS.
“Selama ini masyarakat selalu berasumsi bahwa ilmu humaniora menduduki tempat kedua setelah ilmu eksakta. Fakta ini menjadi tantangan bagi para ahli pendidikan untuk mengubah paradigm tersebut,” ungkap Jamal.
Penggunaan Bahasa Indonesia
Dilangsungkan secara virtual melalui platform Zoom Pro dan disampaikan dalam bahasa Indonesia meskipun acara bersifat internasional karena sesuai dengan amanah Perpres nomor 63 tahun 2019.
Konferensi ini menghadirkan beberapa narasumber yang focus pada perkembangan ilmu kebahasaan dan pendidikan, yakni Prof. Dr. Ir. Aisyah Endah Palupi, M.Pd. (Atdikbud KBRI, Manila, Filipina). Selain itu, hadir juga Asst. Prof. Dr. Sukree Langputeh (Wakil Rektor Bagian Hubungan Luar Negeri dan Alumni Fatoni University Thailand), Prof. Dr. Andayani, M.Pd. (Ketua Program Studi S-3 PBI UNS).
Sidang pleno dipandu oleh Dr. Siti Isnaniah, M.Pd.dengan pemateri pertama Prof. Dr. Ir. Aisyah Endah Palupi, M.Pd. yang menyampaikan tentang diplomasi bahasa melalui sistem pendidikan di Filiphina dan Thailand.
Baca juga : MAPAMNAS PERPAMSI ke-XIV, Dirjen Cipta Karya : Amankan Air Minum!
“UKBI harus diterapkan pada WNI yang ingin bekerja di Indonesia. Mereka harus dapat berkomunikasi dengan bahasa Indonesia, sehingga bersifat resiprokal. Tahun depan UKBI akan disosialisaikan di Filiphina” jelas Siti.
Pembahasan mengenai kedudukan bahasa disampaikan oleh Prof. Dr. Sukree Langputeh, Ph.D. bahwa di Thailand, bahasa Indonesia tidak sekadar bernilai sebagai bahasa tetapi memiliki kedudukan dan jabatan tersendiri.
Prof. Dr. Andayani, M.Pd. sebagai narasumber ketiga lebih memfokuskan pada problema pembelajaran bahasa Indonesia di era pandemi dan pasca pandemi.
“Adanya pergeseran dari belajar bahasa sebagai alat komunikasi ke arah belajari lmu bahasa akibat perubahan pola pembelajaran dari tatap muka ke dalam jaringan” tegasnya.
[Diunggah oleh Avrilia Wahyuana]