SoloposFM, Fenomena orang-orang superkaya atau crazy rich memang menjadi magnet perhatian masyarakat, termasuk di Indonesia, saat ini. Istilah ini ramai dibicarakan seiring tayangnya film berjudul “Crazy Rich Asians”, yang dibuat berdasarkan novel dengan judul yang sama karangan Kevin Kwan.
Berbicara tentang kaum jetset memang menarik, termasuk gaya hidup mereka sehari-hari. Fenomena Crazy Rich saat ini tengah menjadi sorotan dengan banyaknya orang di kalangan ‘biasa’ justru kerap memamerkan harta melimpah. Hal ini pun memantik rasa penasaran netizen
Belakangan ini publik juga dihebohkan dengan fenomena Crazy Rich Indonesia yang tersandung kasus investasi bodong. Bahkan, dua nama Crazy Rich pun sudah ditetapkan menjadi tersangka oleh polisi. Satgas Waspada Investasi juga memanggil beberapa Crazy Rich lain untuk diperiksa.
Baca juga : Untuk Semua Perempuan di Indonesia, Yuk Eksplor Potensi Diri di Media Sosial dengan Empat Cara Ini
Pandangan Sosiolog
Argyo Demartoto, Sosiolog dari UNS dalam Dinamika, Rabu (16/3/2022) mengungkapkan fenomena pamer harta memang terjadi sejak beberapa tahun belakangan. Sebabnya, tentu karena adanya media yang mudah dijangkau oleh siapa pun yaitu media social.
“Generasi sekarang semua orang punya panggung. Untuk bisa terkenal, bisa dilihat orang, dan bisa diakui atau terakui. Beda kalau dulu. Di generasi sebelumnya, orang-orang mencapai kesuksesan dan popularitas terbilang sulit. Butuh perjuangan untuk akhirnya bisa tampil di media massa dan dikenal banyak orang, namun dengan karya luar biasa,” ungkapnya.
Dia menambahkan, orang kaya sungguhan, bersikap diam-diam dan tidak berisik, apalagi suka pamer. Berbeda dengan orang yang mendapat julukan sultan atau crazy rich sering kali menunjukkan mobil mewah, rumah megah, dan barang-barang branded. Namun, kebanyakan mereka hanya seolah-olah kaya, kaya boong-boongan.
Baca juga : Empat Cara Seru Bikin Bahagia Tinggal di Kamar Aja, Kepribadian Ekstrover Wajib Nyimak!
Sayangnya, kini media sosial seolah menjadi panggung bagi tiap orang yang ingin dikenal dengan menampilkan sensasinya. Banyak orang yang sebenarnya tampil dan dikenal namun tak memiliki prestasi melainkan hanya hidup bergelimang harta.
“Tampilan di media sosial bisa jadi pemicu pengikutnya untuk ikutan bekerja keras agar mencapai hal yang sama dengan panutannya. Namun jangan sampai gunakan cara instan, harus kerja keras! Maka dari itu lebih baik hidup sesuai dengan kemampuan, jangan paksakan gaya hidup!” tuturnya.
Opini Sobat Solopos
Dalam Dinamika, Rabu (16/3/2022) Sobat Solopos mengungkapkan sejumalah opininya. Berikut sejumlah opini mereka:
“Mau pamer harta kekayaan di sosmed sah-sah saja itu hak mereka masing-masing. Hanya kalau yang dipamerkan hasil dari kejahatan itu yang menjadikan kasihan orang tsb. Senang sesaat akan menjadi miskin kembali dan masih dikurung 20 th. Babi ngepet modern,” ungkap Naryo.
“Fenomena flexing mengeluarkan istilah sultan dan crazy rich.Hanya saja flexing tidak selalu konotasinya jelek tergantung konteksnya. Misal upload saat kita wisuda sebenarnya juga flexing. Yang menelurkan crazy rich dan sultan lebih ke arah flexing yang sifatnya negative,” papar Joko.
“Ada dugaan tindakan pencucian uang atau titipan dana orang lain dalam crazy rich di Indonesia,” tulis Sutarto.