Radio Solopos – Bawang putih merupakan komponen utama dalam bumbu masakan Indonesia sehingga permintaan terhadap komoditas ini sangat tinggi. Namun, produksi bawang putih nasional menunjukkan tren yang terus menurun yakni mengalami penurunan sebesar 33% dibandingkan dengan tahun sebelumnya (BPS, 2022).
Hal ini antara lain disebabkan karena kualitas bawang putih domestik kurang disukai konsumen (dimensi kecil) sehingga menurunkan minat petani untuk menanam bawang putih yang kemudian diikuti dengan berkurangnya lahan tanam bawang putih. Rendahnya produktivitas dalam negeri menyebabkan sekitar 95% kebutuhan dalam negeri bawang putih dipenuhi dari impor.
Ketidakseimbangan permintaan dan supply bawang putih dalam negeri menyebabkan harga bawang putih kerap berfluktuasi dan bahkan mengalami kenaikan yang tinggi. Bawang putih menjadi salah satu penyumbang utama dalam inflasi bahan pangan yang berdampak pada perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.
Upaya untuk mengurangi ketergantungan impor bawang putih nasional perlu didorong dengan sinergi berbagai stakeholders baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, sehingga upaya untuk mencapai swasembada bawang putih dapat diwujudkan. Untuk itu, Pemerintah dan Bank Indonesia terus bersinergi dengan berbagai stakeholders untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas bawang putih lokal sehingga bisa bersaing dengan bawang putih impor.
Hal ini antara lain dilakukan dengan mendorong pengembangan bibit varietas unggul berdaya saing tinggi yang menghasilkan umbi dengan dimensi mendekati bawang impor dan produktivitas tinggi, menggerakkan kelompok tani agar mau menanam bawang putih, pembenahan sisi hulu dengan penerapan Standard Operating Procedure (SOP) serta rantai pasar yang baik.
Dengan demikian agar dapat menghasilkan bawang putih yang unggul harus menggunakan benih yang baik dari varietas unggul yang ditunjang dengan SOP yang baik dan lokasi serta waktu tanam yang sesuai.
Dalam rangka pengembangan bibit varietas unggul, Bank Indonesia Solo bersama dengan Pemerintah Kabupaten Karanganyar dan Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) Institut Pertanian Bogor (IPB) mengembangkan rekayasa genetik bawang putih dengan teknik penggandaan kromosom (double chromosome). Rekayasa genetik ini bertujuan untuk mendapatkan varietas bawang putih Tawangmangu Super, dengan rasa dan kualitas lokal tetapi dimensi impor.
Pengembangan demplot khusus pembibitan dilaksanakan di Poktan Taruna Tani Maju di Dk. Pancot, Ds. Kalisoro, Kec. Tawangmangu, Kab. Karanganyar sejak tahun 2017. Pengembangan bawang putih Tawangmangu Super saat ini sudah memasuki generasi keenam (G6).
Secara umum, hasil pengembangan bawang putih dari tahun ke tahun sejak G1 menunjukkan perkembangan yang baik dari aspek produktivitas, dimensi, dan kondisi fisik lainnya, seperti peningkatan ukuran karakter vegetatif (antara lain daun dan umbi, jumlah anakan yang semakin banyak, jumlah bunga dan biji yang lebih banyak), ketahanan terhadap penyakit, serta keseragaman tumbuh yang lebih baik.
Selanjutnya hasil panen demplot pengembangan double chromosome akan dijadikan bibit pada musim tanam yang akan datang hingga diperoleh hasil yang optimal untuk kemudian dapat dikembangkan secara massal.
Sejalan dengan tujuan tersebut, Bank Indonesia Solo melaksanakan panen bawang putih bersama Pemkab Karanganyar di lahan Poktan Taruna Tani Maju yang siap panen pada 11 September 2023 dengan luasan ±700m2.
Panen bawang putih dirangkaikan dengan penyerahan simbolis bantuan bibit bawang putih sebanyak 1,2 ton bersama Pemkab Kabupaten Karanganyar untuk semakin menyemangati para petani di Karanganyar dalam mengembangkan bawang putih lokal.
Pengembangan bibit varietas unggul, pemberian bantuan bibit dan pelaksanaan panen bawang putih bersama ini merupakan wujud komitmen dan sinergi bersama dalam upaya pengendalian inflasi melalui pelaksanaan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).
Kegiatan ini juga penting untuk menunjukkan komitmen Bank Indonesia, Pemerintah, dan berbagai stakeholder terkait lainnya untuk terus berupaya menggalakkan budidaya bawang putih lokal agar dapat memutus ketergantungan terhadap impor bawang putih. Selain itu, dalam kegiatan ini dihadirkan olahan kuliner yang menggunakan bawang putih lokal untuk membuktikan cita rasanya yang lebih unggul daripada bawang impor. Hal ini juga sebagai kampanye “kami bangga menggunakan bawang putih lokal dalam setiap sajian”.
Penggalakan kembali produksi bawang putih lokal merupakan bagian dari strategi pengendalian inflasi dengan meningkatkan ketahanan pangan dan mengurangi ketergantungan impor. Ke depan, diharapkan keberadaan bawang putih lokal yang masih dianggap kurang berkualitas dibanding bawang putih impor dapat dipatahkan melalui pengembangan varietas bawang putih unggul berdasarkan kualitas produk, fisik, dan harga yang bersaing.
Selain itu, keberadaan para petani militant bawang putih di Dk. Pancot, Ds. Kalisoro, Kec. Tawangmangu dapat menjadi penyemangat petani daerah lainnya untuk menekuni bawang putih lokal untuk merebut kembali pasar bawang putih nasional.
Baca juga: Perkuat Karakter Mahasiswa Baru, UTP Gandeng TNI AU