SoloposFM – Sistem pembelajaran jarak jauh yang diberlakukan akibat pandemi Covid-19 telah berlangsung selama 1 tahun. Alasan keamanan dan kesehatan menjadi faktor utama yang menyebabkan sebagian besar anak-anak di Indonesia masih harus bertahan belajar daring sampai saat ini.
Banyak kalangan yang kemudian mempertanyakan seberapa jauh kualitas pendidikan yang diterima anak yang terpaksa bersekolah secara daring selama pandemi. Banyak orang tua tak puas dengan kondisi dan cara belajar daring yang diberikan guru dan sekolah di masa pandemi ini.
Di sisi lain, sebagian yang lain mengaku tak ingin memberikan beban berlebihan kepada anak di saat ini. Anak-anak sudah cukup depresi dengan keadaan ketika mereka harus terkurung di rumah, dibatasi gerakannya, hingga tak boleh datang ke sekolah secara fisik.
Mau tidak mau mereka terpaksa belajar di tengah keterbatasan secara daring dan hampir dipastikan tak bisa seoptimal mendapatkan materi belajar dibandingkan hari-hari biasa.
Pendapat pendengar
Kekhawatiran terhadap kualitas pendidikan di Indonesia akibat diberlakukannya pembelajaran jarak jauh selama masa pandemi ini juga diungkapkan pendengar Solopos FM.
Dalam poling di sesi Dinamika 103, Rabu (3/3/2021), sebanyak 86 persen pendengar mengaku khawatir dengan kualitas pendidikan di masa pandemi ini.
Hal itu seperti disampaikan salah satu pendengar, Sulung. “Belajar tatap muka disegerakan saja untuk SD, SMP, SMU, cuma 2 mata pelajaran tanpa ada jeda dan tetap mengikuti prokes. Itu akan mengurangi beban pada masyarakat, terutama orang tua,” ungkapnya.
Pendapat lain disampaikan Nanik, “Menurut saya kualitas pendidikan dengan sistem daring ini memang mengkhawatirkan, karena anak tidak bisa menyerap pelajaran dengan optimal. Bahkan tidak sedikit yang sebagian tugasnya dibantu orang tua. Tapi kalau mau PTM semester ini juga masih banyak orang tua yang belum berani memasukkan anaknya ke sekolah.”
Pendapat Narasumber
Koordinator Masyarakat Peduli Pendidikan Surakarta (MPPS) Pardoyo mengatakan saat ini sudah ada sinyal dari Presiden Joko Widodo dan Menteri Pendidikan bahwa pembelajaran tatap muka (PTM) akan dimulai pada awal tahan ajaran baru 2021/2022 yaitu pada Juli mendatang.
Pardoyo tidak menampik bahwa ada kekwatiran terhadap kualitas pendidikan di Indonesia dengan pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang sudah berlangsung selama 1 tahun.
“Terutama di masyarakat menengah bawah, ya. Di masa PJJ ini, saya banyak melihat anak-anak usia sekolah justru sepedaan atau bermain di jalan di jam-jam belajar saat pagi. Padahal itu jam-jam guru memberikan tugas dan atau memberikan materi pembelajaran secara daring,” ungkapnya.
Bahkan menurut Pardoyo, Dirjen Paud Dikdas dan Dikmen sempat menyarankan PTM dimulai sebelum tahun ajaran baru.
“Saya setuju sekolah-sekolah yang sudah siap memulai PTM, untuk semester ini bisa dimulai untuk mengobati kerinduan siswa terhadap sekolah. Tentu dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Karena ini mempengaruhi kualitas pendidikan ke depan. Selain itu, banyak orang tua yang stress karena tidak siap menjadi guru,” kata Pardoyo.
“Oleh karena itu, MPPS sudah melakukan webinar dengan para dirjen dan pihak terkait. Kami berharap suara MPPS bisa menjadi pertimbangan,” imbuhnya.
[Diunggah oleh Mita Kusuma]