SoloposFM, India mengalami ledakan kasus Corona beberapa hari terakhir. India sebenarnya dilanda kabar baik awal tahun ini. Pemerintahnya menyatakan mulai mampu mengerem laju penyebaran virus Covid-19. Mereka menghitung kemunculan kasus baru merosot jauh pada pertengahan Februari. Vaksin buatan mereka pun sudah mulai diekspor. Menkes India meyakini, mereka sepertinya telah berada di “ujung akhir” pandemi. Pernyataan itu baru saja dilontarkannya Maret kemarin.
Tampak wajar akhirnya, pembatasan sosial masyarakat mulai terlihat longgar di India. Mal-mal sudah mulai dibuka, pasar dan toko beroperasi, persiapan menggelar sekolah tatap muka dicanangkan, bahkan sebagian warganya berani menggelar perayaan yang melibatkan banyak orang.
Hanya saja, India seperti tidak menyangka. Di balik itu, kasus baru diam-diam sengit bergerilya. Sumbu menyala dalam senyap. Hingga April ini, kejutan tiba-tiba meledak.
Krisis faskes
Laporan terbaru menyebut India mencatatkan rekor dunia untuk kenaikan kasus harian tertinggi dalam tiga hari terakhir. Totalnya mencapai sejutaan kasus. Sebanyak 346.786 kasus harian baru setidaknya terdata pada Sabtu (24/4/2021). Jumlah kasus totalnya kini mendekati 16 juta kasus. Kedua terbanyak di dunia setelah Amerika Serikat.
India menghadapi kenyataan bahwa mereka kini dipaksa bergelut dengan dugaan gelombang wabah kedua. Kekhawatiran semakin memuncak. Kapasitas fasilitas kesehatan mereka kaget dan tersengal-sengal. Ruang dan sumber daya kewalahan untuk menanganinya.
Jumlah kematian diperkirakan masih bakal meningkat. Apalagi, negara tersebut melaporkan tengah mengalami krisis pasokan tabung oksigen.
Lonjakan di Asia
Dikutip dari detikcom, tercatat ada 5 negara Asia selain India yang ternyata juga mengalami lonjakan kasus COVID-19. Negara pertama adalah Thailand. Thailand melaporkan adanya lonjakan kasus COVID-19 dengan adanya varian Corona B117 yang lebih mudah menular. Namun, Otoritas Kesehatan Thailand meyakini publik bahwa saat ini negaranya memiliki cukup bed di rumah sakit.
Pada Minggu (18/4/2021), Pakistan mengalami lonjakan kasus COVID-19 gelombang kedua tertinggi di negaranya. Menurut laporan, jika jumlah kasus terus meningkat, maka pasokan oksigen di Pakistan dikhawatirkan tidak akan mencukupi.
Sementara pada Senin (19/4/2021), Pemerintah Bangladesh kembali memutuskan untuk menerapkan lockdown selama seminggu. Keputusan tersebut diambil setelah negara dengan jumlah penduduk lebih dari 160 juta jiwa itu mengalami peningkatan kasus infeksi COVID-19 yang signifikan. Di Filipina, rumah sakit di Manila, Filipina dilaporkan sudah tidak lagi mencukupi lantaran kasus COVID-19 yang terus melonjak. Selama 30 hari terakhir, Filipina telah mencatat kenaikan kasus hingga total 30 persen dari kasus keseluruhan, yakni sebanyak 266.489 kasus.
Di Afganistan, Menteri Kesehatan Afghanistan melaporkan 139 kasus baru pada Senin (19/4/2021). Dengan demikian, total kasus keseluruhan di negara tersebut berjumlah 58.037 kasus.
Opini Pendengar Solopos FM
Hasil polling SoloposFM, pada program Dinamika, Rabu (28/4/2021), mayoritas merasa khawatir dengan ledakan kasus tersebut. Sebanyak 72% pendengar mengaku lonjakan kasus tersebut membuat mereka khawatir dan meningkatkan kewaspadaan. Sementara 28% sisanya mengaku tidak khawatir.
Berikut sejumlah opini mereka:
“Banyak yang lengah karena kasus menurun lupa prokes. Makanya jangan kendor,” ungkap Adi di Sukoharjo.
“Kalau tertib prokes pasti nggak khawatir. Kuncinya ada di masing-masing orang. Harus meningkatkan kewaspadaan,” tulis Dewi.
“Saya tidak khawatir, kan sudah divaksin. Saya juga terus disiplin prokes,” ungkap Vera di Kartasura.
[Diunggah oleh Avrilia Wahyuana]