[SPFM] Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, berbagai jenis vaksin Covid-19 terus berdatangan ke Tanah Air. Namun, ia meminta masyarakat tak pilih-pilih jenis vaksin lantaran seluruhnya memberikan manfaat yang sama.
Setidaknya, ada empat jenis vaksin yang sudah tiba di Indonesia. Keempatnya yakni Sinovac, AstraZeneca, Moderna, dan Pfizer.
Budi mengatakan, pada Agustus saja pemerintah akan kedatangan 62,6 juta dosis vaksin dari berbagai jenis produsen. Sejauh ini, kata dia, sebanyak 1,56 juta dosis vaksin Pfizer yang dibeli pemerintah sudah tiba di Indonesia.
Budi menambahkan, hingga saat ini Indonesia sudah menyuntikkan 90 juta dosis vaksin. Hal tersebut membawa RI ke peringkat ke-9 dunia untuk jumlah penyuntikan vaksin.
Baca juga : Kala Pandemi Bisa Menjadi Endemi Covid-19, Sobat Solopos : Harus Siap Hidup Berdampingan!
Semua Vaksin Baik
dr. Tonang Dwi Ardyanto SpPK, PhD, juru bicara Satgas Covid-19 UNS mengungkapkan semua vaksin covid-19 saat ini, bertipe virus dimatikan. Dengan demikian, semua akan ada saatnya untuk turun antibodinya.
“ Yang sudah mendapat vaksin dari awal, berarti sudah mendapat antibodi lebih dulu. Perlu kita syukuri, melewati sekian bulan ini, sudah ada antibodi. Sedangkan yang lain, barangkali baru mulai mendapatkannya sekarang. Jadi jangan lupa bersyukur,” paparnya.
Menurutnya, kondisi penurunan antibodi karena waktu, bukan berarti semua vaksin itu jelek.
“Tidak. Semua vaksin itu baik untuk kondisi saat ini. Itu mengingat uji klinik singkat yang dilakukan demi mengejar waktu. Tentu saja, harus terus ada perbaikan terhadap produk yang ada saat ini, mengikuti perkembangan virus dan pandemi. Jadi, jangan terjebak merasa yang itu lebih baik. Data-data masih terus diperoleh. Tentu itu menjadi dasar perbaikan produk vaksin yang ada saat ini,” jelasnya lebih lanjut.
Baca juga : PTM Jateng Dimulai, Sobat Solopos : Sudah Saatnya! PJJ Terlalu Lama
Laporan di Israel, daya proteksi Pfizer (yang sangat dominan penggunaannya di sana) menurun sejak 4 bulan, kemudian semakin turun di 6 bulan, diduga makin turun lagi setelah 8 bulan. Maka di sana dilakukan booster saat ini.
Begitu juga di Amerika, yang dominan menggunakan Pfizer dan Moderna, sudah menetapkan rencana booster per September nanti. Skemanya, booster diberikan bagi yang sudah 8 bulan sejak penyuntikan.
Di UK (Inggris), yang didomasinasi penggunaan vaksin AZ dan Pfizer, akan dilakukan uji pemberian suntikan ke 3 menggunakan beberapa jenis vaksin, per September nanti. Telah direkrut 2.886 subyek, berjarak 10-12 pekan sejak suntikan ke 2. Akan diamati responnya pada hari ke 28, 84, 308 and 365. Setelah ada hasil interim dari evaluasi hari ke 28, akan diputuskan tentang pemberian suntikan ke 3 bagi masyarakat UK.
“Sambil menunggu ada perkembangan, kita jalani sebaik-baiknya. Tetap patuh protokol kesehatan. Semoga akhirnya bisa kita peroleh produk vaksin maupun cara penggunaannya, yang memberi hasil optimal,” pungkas Tonang.
Opini Sobat Solopos
Dalam Dinamika 103 SoloposFM, Selasa (31/8/2021), 64% Sobat Solopos mengaku tidak pilih-pilih vaksin. Sedangkan 36% sisanya mengaku pilih-pilih vaksin.
Berikut sejumlah opini Sobat Solopos:
“Ga penting! Selama ada kesempatan di vaksin ikut aja. Saya sudah vaksin pertama, dan tanggal 6 September mendatang vaksin kedua dengan Astrazeneca. Memang dari hari ke hari mungkin ada perbaikan dalam dosis vaksin,”ungkap Sri Almi.
“Penting atau tidak pilih vaksin. Jadi penting bila bayar mbak, dan nantinya hanya orang-orang yang mampu saja yang bisa. Dan bagi yang gratis, apakah akan diberi kesempatan untuk memilih? Karena pada saat dapat undangan vaksin pun tidak di sebutkan merk vaksinnya,” ungkap Nur Syamsiah.
“Buat saya tidak penting pilih-pilih vaksin, karena semua merk fungsinya sama untuk menjaga kekebalan tubuh jangan sampai kalau terkena covid parah banget dan cepat pulih ehat kembali. Kalau pilih-pilih malah bisa nggak vaksin-vaksin dan mempersulit diri sendiri, apalagi saat ini kita memasuki mall, toko buku dan mungkin kedepannya hanya bisa untuk orang yang sudah di vaksin,” papar Priyanto Sasongko.
[Diunggah oleh Avrilia Wahyuana]