SoloposFM, Kata macet seakan menjadi hal yang wajar di Solo beberapa waktu terakhir. Selain karena banyaknya agenda event di Solo yang mendatangkan banyak tamu dari luar kota, kemacetan juga akibat pembangunan jembatan Jonasan di Jl Ir Juanda, Jebres, serta jembatan Jalan Surya, Jagalan, Jebres.
Contohnya, kemacetan parah terjadi sejak pagi hingga sore di simpang empat dan simpang lima Kecamatan Jebres. Ketiganya yakni simpang empat Panggung, dan Warung Pelem, serta simpang lima Tugu Cembengan.
Baca juga : Mengatisipasi Puncak Musim Hujan, Sobat Solopos : Harus Siaga Setiap Saat!
Akibatnya kendaraan roda empat menumpuk di beberapa ruas jalan seperti Jalan Kolonel Sutarto dan Jalan Urip Sumoharjo. Pengendara roda empat dan roda dua mencari alternatif jalan lewat gang kampung maupun jalur lambat. Jalan depan RSUD Moewardi sempat macet total. Apalagi di kawasan tersebut banyak keluar masuk kendaraan dan mobil ambulans.
Berawal Dari Jonasan
Ari Wibowo, Kepala Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Solo dalam program Dinamika, Rabu (15/12/2021), mengakui awal kemacetan berasal dari penutupan jembatan Jonasan. Akibat pengalihan arus ke jalan Surya, sebuah jembatan di jalan tersebut ambles karena tidak mampu menopang beban kendaraan yang melintas.
“Akibatkan jembatan di jalan Surya ambles yang akhirnya harus kami tutup. Maka terjadilah macet di kawasan tersebut yang berimbas ke perempatan besar disekitarnya. DPU berupaya memperbaikinya dengan cepat, dan pada Selasa (14/12/2021) kemarin, jalan Surya sudah bisa dilintasi,” papar Ari.
Petugas Dishub Solo sudah melakukan berbagai upaya untuk mengurainya. Mulai dari menginterfensi traffic light, membuat papan petunjuk untuk pengalihan arus, hingga menerjunkan tim ke lapangan dibantu aparat kepolisian.
Baca juga : Maraknya Kasus Pelecehan Hingga Perkosaan, Psikolog : Predator Biasa Mengincar Anak Yang “Manut”!
Ari mengakui kondisi ini harus segera diantisipasi. Mengingat sebentar lagi adalah momentum Natal dan tahun baru. Dengan perubahan aturan PPKM, tak menutup kemungkinan jumlah kendaraan yang masuk dan melintas Solo akan bertambah, sehingga akan menambah parah kemacetan.
“Pihak kontraktor mengatakan jembatan Jonasan sudah bisa dilintasi pada 20 Desember mendatang. Namun kami terus melakukan antisipasi dan pemantauan khususnya di jam rawan macet, yaitu jam berangkat dan pulang kerja,” ungkap Ari lebih lanjut.
Selain pengoptimalan CCroom, petugas Dishub juga melakukan patrol lalin, pengecekan rambu serta menyiagakan mobil Derek. Menurut Ari, mobil Derek akan disiagakan 24 jam, untuk melayani permintaan Derek hingga melakukan Derek bagi pelanggar parkir.
Opini Sobat Solopos
Sobat Solopos dalam program Dinamika, Rabu (15/12/2021), 67% mengakui adanya kemacetan di Solo. Sedangkan 33% lainnya mengungkapkan jika kemacetan tidak selalu terjadi.
Berikut sejumlah opini mereka :
“Kalau Kota Solo banyak jalan-jalan macet, wajar aaja. Karena, Solo merupakan kota transit dan persimpangan dari kota-kota sekitarnya. Bayangkan, pintu masuk Kota Solo ada beberapa titik. Semua menuju ke Kota Solo. Dari Barat, ada Kleco, Makamhaji, Tugu Makutho, dan Adi Sumarmo. Dari Selatan, Soba, Gading, Baki dll. Dr utara, ada palang joglo, semenatra di timur, ada Jurug dan Mojo. Belum yang jalan-jalan tikus,” ungkap Sriyatmo.
“Menurut pengamatan saya kota Solo selama 1 bulan dan hingga kini banyak kemacetan. Bagi saya tidak masalah, karena ini disebabkan banyak proyek baik itu pelebaran jalan, pembuatan gorong-gorong, perbaikan jembatan, pembuatan trotoar, pemindahan gardu listrik dll. Untuk menghindari kemacetan ini saya akali dengan berangkat 30 menit lebih pagi ke kantor, karena saya harus memutar dari rute yang selama ini saya lalui bahkan pulang kantorpun saya juga harus lewat kampung padat, jadinya ya sampai rumah lebih malam. Saya juga apresiasi pembangunan pelebaran jalan Joko Tnigkir dari dari Tugu lilin sampai perbatasan Sukoharjo dikerjakan siang malam bahkan hari Minggupun tetap dikerjakan, sepertinya hampir 24 jam. Alhamdulillah dari Senin tgl 13 kemarin sudah bisa dilewati,” papar Priyanto Sasongko.
“Kalau daerah Jagalan sampai Pucang Sawit, macet sudah jadi makanan saya sehari-hari. Kenyang macetnya,” tulis Monda.
“Solo macet, setuju! Sebenarnya sebelum pandemi juga sudah macet dimana-mana. Bahkan hampir tiap hari. Pokoknya kalau yang pakai mobil harus ekstra sabar. Kalau sekarang mungkin karena penutupan jalan yang bersamaan, jadi yang nggak biasa macet jadi macet,” ungkap Nur Syamsiyah.
“Mau ke Pasar Legi saja berjam-jam dari Kadipiro. Kena macet di Joglo, lalu macet Gilingan, semuanya macet,” keluh Mudhowati.
[Diunggah oleh Avrilia Wahyuana]