Radio Solopos – Institut Islam Mambaul Ulum (IIM) Surakarta bertekad menjadi kampus berkelas dunia atau world class university pada tahun 2040 mendatang.
Tekad itu digaungkan dalam Rapat Senat Terbuka dan Orasi Ilmiah memperingati hari ulang tahun kampus ke-46 di Hotel Dana, Solo, Kamis (15/5/2025).
Orasi ilmiah bertajuk “Meneguhkan Kelembagaan, Mengukir Perubahan Menuju Universitas Impian” itu menghadirkan Wakil Rektor I Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Prof. Dr. Zuly Qodir, M.Ag.
Direktur Jenderal Pendidikan Islam (Dirjenpendis) Kemenag Prof.Dr. Amin Suyitno, M.Ag yang dijadwalkan hadir untuk memberikan orasi ilmiah berhalangan hadir.
Rektor IIM Surakarta, Edy Muslimin, MSi menegaskan target ini bukan hayalan melainkan sudah dimulai sejak sekarang.
“Makna 46 tahun IIM, kami mengejar cita-cita tinggi menjadi world class university pada tahun 2040 mendatang. Jadi di usia 46 tahun ini diharapkan memiliki kedewasaan dan kemantapan untuk menjejakkan kaki menuju universitas Islam kelas dunia,” ujarnya.
Untuk mewujudkan hal itu, lanjut Edy, pihaknya sudah menyusun rencana induk perguruan tinggi dalam empat tahapan di mana masing-masing tahapan berlangsung selama empat tahun.
Tahapan pertama adalah konsolidasi selama empat tahun ke depan, berikutnya pengembangan selama empat tahun, lalu tahapan fusi menjadi Universitas Islam Mambaul Ulum.

“Di tahun 2036-2040 adalah tahapan pemantapan menjadi world class university,” tandasnya.
Ia berterima kasih dengan pemaparan Zuly Qodir tentang langkah-langkah yang harus dilakukan untuk bisa menjadi kampus berkelas dunia.
Dirinya yakin IIM Surakarta akan bisa mewujudkan target tersebut asalkan semua stakeholder terlibat secara serius.
“Prof Zuly itu inspiratif, beliau menantang kita untuk bisa ke sana (world class university). Beliau paparkan dari sisi SDM dan juga pendanaan. Beliau sampaikan menuju world class university itu tidak hanya sekadar angan-angan dan cita-cita tapi bisa dicapai. Harus bisa menciptakan atmosfer akademik menuju ke sana, termasuk persiapan dana cukup besar. Dana tidak harus dari IIM namun bisa dari industri, juga filantropi. Kami akan fokus ke sana, mencari pendanaan yang sumbernya di luar SPP. Karena ternyata sumber pendanaan Harvard University pun ternyata 70% bukan dari SPP,” katanya.
Rapat senat terbuka IIM Surakarta itu dilaksanakan Hotel Dana Solo di Jl. Slamet Riyadi No.286, Sriwedari, Laweyan, Solo mulai pukul 08.00 WIB-12.00 WIB.
Sejarah IIM Surakarta
Dikutip dari situs resmi kampus, awal mula berdirinya IIM Surakarta dimulai tahun 1963 dengan Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (Ull) Cabang Surakarta.
Kampus yang berlokasi di Yogyakarta itu kemudian membuka Fakultas Ekonomi, Fakultas Tarbiyah, Fakultas Syari’ah dan Fakultas Kedokteran pada tahun 1964.
Dengan dibukanya universitas negeri pada tahun 1975 di Kota Solo, fakultas swasta yang sudah berdiri diminta merelakan diri bergabung menjadi Universitas Gabungan Surakarta (UGS).
Fakultas hukum, Fakultas Ekonomi dan Fakultas Kedokteran di bawah naungan Ull Vabang Surakarta lalu menggabungkan diri menjadi UGS dan selanjutnya dinegerikan menjadi Universitas Sebelas Maret (UNS) pada tahun 1976.
Fakultas Tarbiyah dan Fakultas Syari’ah tidak dapat digabung karena terafiliasi ke Departemen Agama.
Dengan ditinggalkannya dua fakultas agama yang tidak tergabung dalam UNS maka dibentuklah yayasan untuk menampung dua fakultas agama yang sudah mempunyai status diakui oleh Departemen Agama.
Yayasan tersebut diberi nama Yapertis yang berdiri pada 1978. Pada 2 Mei 1979 dibukalah Universitas Islam Surakarta (UNIS) yang semula dibuka 8 fakultas yaitu Fakultas Kependidikan, Fakultas Sosial Politik, Fakultas Ekonomi, Fakultas Teknik, Fakultas Pertanian, Fakultas Hukum, Fakultas Tarbiyah dan Fakultas Syari’ah.
Kemudian sejak tahun 1983 fakultas-fakultas itu pecah menjadi UNIS dan UIM.
UNIS mengelola dua Fakultas Tarbiyah dan Syari’ah sedang UIM mengelola Fakultas Ekonomi, Fakultas Hukum dan Fakultas Pertanian.
UIM akhirnya berganti nama menjadi UNIBA sampai sekarang.
Sementara UNIS yang tinggal memiliki 2 fakultas yang bernaung di bawah Departemen Agama (Fakultas Tarbiyah dan Fakultas Syari’ah), pada 1988 berganti nama menjadi Institut Mamba’ul Ulum (IIM) Surakarta.
Karena peraturan baru pemerintah, pada 10 Maret 1997 IIM berubah nama menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Mamba’ul ‘Ulum Surakarta (STAIMUS).
Namun tahun 2016 STAIMUS yang berlokasi di Jl. Sadewa No.14, Serengan, Solo beralih status menjadi IIM lagi hingga saat ini.