SoloposFm-Hari raya adalah perayaan atau hari besar agama yang selalu dinanti oleh seluruh umat Islam di dunia. Untuk umat Islam, ada dua hari raya yang selalu ditunggu kedatangannya, salah satunya yaitu Idul Adha. Perayaan Idul Adha tahun 2017 ini akan jatuh pada Jumat (1/9/2017) mendatang.
Perayaan Idul Adha di Indonesia cukup unik. Setiap wilayah dan masyarakat memiliki kebiasaan dan tradisi tersendiri dalam merayakannya. Itulah kekayaan bangsa Indonesia, beragam tradisi, bahasa, dan suku. Perayaan Idul Adha di semua daerah khususnya di Indonesia adalah sama, yaitu menyembelih hewan kurban seperti sapi atau kambing. Tapi di beberapa daerah memiliki tradisi unik untuk menyambut dan merayakannya Idul Adha.
Berikut ini beberapa tradisi unik untuk menyambut dan merayakan Idul Adha, yang dikutip dari berbagai sumber (24/8/2017):
Jemur Kasur
Jemur kasur adalah tradisi Idul Adha yang berasal dari Kabupaten Banyuwangi. Tradisi yang sudah dijalankan ratusan tahun ini dipercaya bisa menolak bala dan menjaga keharmonisan rumah tangga.
Tradisi ini akan digelar secara masal menjelang Idul Adha yang biasanya diawali dengan tarian Gandrung oleh warga desa adat Using, Kemiren. Kasur warga, Using Kemiren berbeda dengan kasur pada umumnya, dimana hampir seluruh kasur mereka berwarna hitam dan merah yang biasanya mereka sebut kasur gembil.
Warna kasur gembil memiliki makna tersendiri bagi mereka, dimana warna merah melambangkan keberanian dan warna hitam melambangkan sebuah hubungan yang langgeng. Selain itu, tradisi jemur kasur digelar untuk menghormati datangnya bulan haji.
Mudik
Umumnya, orang-orang di Indonesia akan melakukan mudik saat menjelang Idul Fitri, tapi berbeda dengan orang-orang Madura, selain Idul Fitri, mereka juga akan melakukan mudik masal saat menjelang Idul Adha.
Tradisi ini mewajibkan sebagian orang Madura yang merantau untuk pulang kampung halaman, bahkan bagi orang Madura, perayaan Idul Adha jauh lebih meriah dan berkesan dibandingkan perayaan Idul Fitri.
Tradisi Manten Sapi
Di Jawa Timur, tepatnya di Pasuruan juga ada tradisi Idul Adha yang tidak kalah unik dengan tradisi lainnya di Indonesia. Tradisi yang digelar warga Desa Tates, Kecamatan Grati ini termasuk unik karena sapi dirias layaknya seorang pengantin. Biasanya tradisi ini digelar satu hari sebelum hari raya dan untuk menghormati hewan kurban yang bakal disembelih. Layaknya sepasang pengantin, sapi-sapi ini dirias semenarik mungkin. Para sapi yang bakal disembelih dikalungi rangkaian bunga tujuh rupa kemudian tubuh sapi ditutup dengan sehelai kain putih. Setelah itu, para sapi digiring menuju masjid dan diserahkan pada panitia kurban. Tidak ketinggalan, ratusan ibu rumah tangga ikut serta membawa peralatan rumah tangga dan bumbu-bumbu untuk persiapan menyembelih.
Grebeg Gunungan
Tradisi Idul Adha yang keempat adalah Grebeg Gunungan yang biasanya diadakan oleh Keraton Yogyakarta saat menjelang Idul Adha, bahkan tradisi ini sudah menjadi ritual tahunan bagi Keraton Yogyakarta. Dengan dikawal beberapa prajurit berserta dua ekor kuda, 3 buah gunungan grebeg akan diarak dari Kraton menuju Masjid. Setelah dibacakan doa, 3 buah gunungan grebeg yang terdiri 1 gunungan lanang, dan 2 gunungan putri akan diperebutkan warga yang hadir. Konon katanya, gunungan yang diperebutkan bisa mendatangkan berkah seperti yang diceritakan oleh leluhur mereka. Tradisi Grebeg Gunungan sudah berjalan secara turun temurun.
Apitan
Tradisi Idul Adha yang kelima berasal dari Kota Semarang, Jawa Tengah yaitu tradisi Apitan atau sedekah bumi Apitan yang dilakukan dengan cara mengarak tumpeng dan beberapa hasil bumi di jalan raya. Sama dengan tradisi Grebeg Gunungan di Jogja, tradisi Apitan juga sudah dijalankan secara turun temurun yang bertujuan untuk mengungkapkan rasa syukur kepada yang maha kuasa atas limpahan rezeki kepada warga.
Arak-arakan hasil bumi yang tersusun rapi bertumpuk seperti padi, cabai, terung, jagung, tomat dan lainnya itulah bentuk simbol rasa syukur mereka kepada yang maha kuasa karena sudah memberikan hasil panen yang melimpah. Di akhir tradisi Apitan akan dibacakan doa untuk keselamatan warga, kemudian warga akan berebut gunungan hasil bumi yang diarak tadi. Konon katanya mendapatkan hasil bumi yang diarak tadi bisa mendatangkan berkah.
[Lintain Mustika]