SoloposFM, [SPFM] Di tengah gencarnya kebijakan Merdeka Belajar era Menteri Nadiem Makarim, kita digegerkan dengan wabah virus corona (Covid-19). Kebijakan yang diberlakukan adalah belajar di rumah. Proses belajar mengajar tetap berjalan melalui kegiatan di rumah. Guru mengajar dari rumahnya masing-masing, para siswa belajar di rumahnya masing-masing. Pembelajaran di rumah bisa menggunakan model pembelajaran mandiri, pembelajaran online, atau bentuk lain.
Proses Belajar Mengajar di Solo
Di Solo, Pemkot Solo akan menerapkan program belajar melalui siaran radio bagi siswa PAUD hingga SMP pada tahun ajaran baru 2020/2021 selama pembelajaran daring. Cara ini diharapkan mampu menyeragamkan materi pembelajaran. Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo menjelaskan, dalam pembelajaran ini guru menyampaikan materi pembelajaran melalui Radio Konata (100.6 FM) yang berada di gedung Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) kompleks Balaikota Solo. Sedangkan siswa mendengarkan siaran tersebut dari rumah baik melalui pesawat radio maupun secara live streaming melalui gadget berjaringan internet.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Solo, Etty Retnowati, dalam Program Dinamika 103, Kamis (25/6/2020), mengatakan salah satu permasalahan dalam pembelajaran daring adalah kemampuan guru dalam penguasaan teknologi informasi (TI). Menurutnya, masih ada sebagian guru yang belum familiar dengan TI, bahkan yang populer dan kerap dipakai dalam pembelajaran-pembelajaran daring saat ini. Untuk itu worshop IT terus digelar untuk para guru di Solo.
“Kota Solo belom zona hijau sehingga tidak lakukan KBM tatap muka, pak Walikota telah memutuskan untuk semester 1 di tahun ajaran 2020/2021 pembelajaran tidak ada tatap muka. Januari baru tatap muka sambil melihat perkembangan,” papar Etty.
Menurut Etty untuk tahun ajaran baru mendatang, persiapan sudah dilakukan sejak dini, dengan evaluasi dari program yang telah dilakukan selama Kejadian Luar Biasa Corona di Solo sejak 16 Maret 2020
“Keadaan darurat berjalan 3 bulan dan belum ada panduan pasti saat itu. Memang semua tidak akan optimal seperti tatap muka, makanya kami terus melakukan inovasi, mulai dari memgasilitasi orang tua dan siswa yang tidak memiliki fisilitas, misalnya melalui home visit. Prinsipnya anak tidak boleh ke sekolah dan harus di rumah saja,” papar Etty.
Evaluasi menurut Etty harus terus dilakukan pihak sekolah. Tantangannya adalah bagaimana membuat anak-anak tidak keluar rumah, mengikuti pelajaran, dan tidak jenuh.
“Yang menjadi tantangan untuk kelas 1 SD, masih dipikirkan efektifitas pembelajarannya. Kemungkinan akan dibuat kelompok-kelompok kecil di rumah terdekat, dan gurunya akan datang. Harapannya semester 2 anak kelas 1 sudah mengenal angka dan huruf. Memang harus ada sinergitas orangtua dengan sekolah. Sekolah juga harus menyiapkan sarana dan prasarana mulai sekarang, meskipun kemungkinan KBM tatap mula baru bulan Januari 2021,” pungkas Etty.
Menjaga Psikologi Anak
Dilain pihak, di masa pandemi sekarang ini pola pendidikan anak berbeda dari biasanya. Anak yang biasanya harus berangkat sekolah sekarang menjadi belajar dari rumah. Peran orang tua menjadi sangat penting dalam hal ini karena menjadi pendamping anak di rumah.
Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia, Seto Mulyadi mengungkapkan dalam pengasuhan anak di tengah pandemi Covid-19 sekarang ini gembira menjadi salah satu poin penting. Pasalnya stres mungkin kerap kali muncul di tengah pandemi sekarang ini.
“Anak bisa menjadi semkin lemah secara psikologi. Hal ini berpengaruh pada kesehatan fisik, gampang sakit dan hilangnya rasa percaya diri hingga menimbulkan perilaku negative. Marah-marah dan melakukan tindakan menyimpang,” ungkap Kak Seto dalam Program Dinamika 103, Kamis (25/6/2020).
Moment 29 Juni mendatang yaitu Hari Keluarga Nasional, harus menjadikan keluarga kuat, dan penuh kekompakan. Menurut Kak Seto, untuk mendidik anak dan melindunginya perlu “orang sekampung”. Keluarga disini bukan hanya orang tua inti, tapi tetangga terdekat hingga satu rukun tetangga (RT) bahkan lebih.
“Perlu menggelar rapat keluarga secara teratur, digali perasaan anggota keluarga dengan penuh keenangan dan kasih saying. Orangtua dan anak-anak harus gembira untuk menjaga keseimbangan diri. Olahraga dan melakukan aktivitas fisik agar tetap fit,” papar Kak Seto.
Terkait pendidikan, Kak Seto juga menilai pembelajaran daring ditengah kelebihan dan kekurangannya, merupakan alternative terbaik dalam situasi ini. Namun kurikulum seharusnay tidak dipaksakan seperti saat normal.
“Yang terpenting sekarang adalah kurikulum menjalani hidup dan survive,” pungkas Kak Seto.
Opini pendengar
Salah satu pendengar Solopos FM, Ibu Umi, mengakui bahwa anaknya sering menanyakan kapan masuk sekolah lagi dan bisa bertemu teman-temannya.
Sementara itu Sulistyo di Sukoharjo meminta agar pihak-pihak yang mengalami kendala diperhatikan. Seperti peserta didik di daerah tanpa sinyal dan orangtua yang kondisi ekonominya pas-pasan dan tidak mampu membali kuota internet.
Bu Nur Syamsiyahm, pendengar yang lain mengungkapkan, “Bagaimana jika ada tatap muka walau hanya satu kali saja. Agar anak mengenal wali kelasnya atau ada kunjungan dari guru ke rumah. Anak saya kelas 2 SD.”
[Diunggah oleh Avrilia Wahyuana]