SoloposFM, Pandemi Covid-19 telah membuat ekonomi Indonesia mengalami resesi di tahun 2020. Di tahun depan, perekonomian masih dibayangi ketidakpastian. Kendati demikian, pemerintah berharap ekonomi akan membaik secara signifikan di tahun 2021.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan pertumbuhan ekonomi di seluruh dunia rata-rata akan mengalami kontraksi dengan minus 4% hingga 5%. Kontraksi ekonomi tersebut, kata Sri Mulyani merupakan kontraksi yang cukup dalam sejak dari perekonomian sejak Perang Dunia II.
Baca juga :
Mayoritas Pendengar Solopos FM Masih Bingung Dengan Sistem Contra Flow BST Solo
Lebih lanjut, Sri Mulyani mengatakan proyeksi pertumbuhan ekonomi pada tahun 2021 akan tumbuh 4% hingga 5%, yang disumbangkan dari semua negara, termasuk negara-negara berkembang seperti Indonesia.
Di tahun depan, pemulihan ekonomi masih terus dilakukan. Pun, sejumlah tantangan masih akan harus dihadapi. Di antaranya tantangan stabilitas kesehatan, banyaknya jumlah pengangguran, dan krisis di sektor usaha, dan sektor riil yang berimbas kepada sektor keuangan.
Optimisme Pengamat Ekonomi
Lukman Hakim, SE. M.Si, Ph.D, Pengamat Ekonomi dari Universitas Sebelas Maret, dalam Dinamika 103 Solopos FM, Selasa (29/12/2020), mengungkapkan optimismenya pada perbaikan ekonomi Indonesia 2021.
“Trendnya semakin membaik. Kuartal kedua minusnya hampir 6 persen, agak syok karena pemerintah tidak menduga dampak Covid-19 sangat kuat, kemudian pemerintah menganalisis kelemahan kita adalah pada konsumsi ekonomi yang membuat sektor riil jadi merosot. Harga barang turun, melimpah tidak ada yang beli. Setelah bantuan pemerintah cair, orang kembali membeli. Novemberi terlihat pertumbuhan ekonomi mulai menguat walau masih minus,” papar Lukman.
Lebih lanjut Lukman menjelaskan, bantuan pemerintah dalam bentuk tunai maupun bantuan bagi pekerja memang tepat. Hal ini karena perekonomian Indonesia memang digerakkan oleh faktor konsumsi.
“Driven by constumtian, Konsumsi menjadi penting untuk menggerakkan ekonomi kita. Beda dengan negara tetangga yang digerakkan ekspor. Ekonomi mereka lebih terpukul. Pemerintah sangat paham lalu mendorong kosumsi melalui bantuan agar ekonomi seimbang,” paparnya.
Namun Lukman juga mengingatkan sejumlah sektor yang masih akan terpukul pada 2021. Diantaranya sektor manufaktur yang berorientasi ekspor dan juga pariwisata. Sementara sektor kuliner masih akan berkembang, usai mereka beradaptasi, antara lain dengan online.
Lukman juga mengingatkan agar masyarakat terus taat protokol kesehatan, mengingat ekonomi Indoensia juga sangat dipengaruhi kondisi kesehatan masyarakatnya.
“Optimisme harus! Berpikir positif agar muncul energi baik. Dan ketaatan akan protokol kesehatan adalah hal yang tidak bisa ditolerir,” pungkas Lukman.
Optimisme Pendengar Solopos FM
Sementara itu, pendengar Dinamika 103 Solopos FM, Selasa (29/12/2020), mengungkapkan optimisme akan perbaikan ekonomi di 2021.
Berikut sejumlah opini mereka :
“2021 tantangan sangat berat akibat belum adanya kepastian kapan pandemi berakhir. Ekonomi akan melambat, pengangguran dan kemiskinan semakin tinggi. Tetapi HIDUP harus tetap optimis karena pesimis hanya akan menambah situasi akan semakin buruk. Seraya berharap kebijakan pemerintah fokus kepada masyarakat yang terdampak dan tidak banyak di korupsi. Karena ekonomi indonesia digerakkan oleh komsumsi masyarakat dan pasar indonesia juga sangat besar. Kuncinya adalah semangat bergandeng tangan dengan semua pihak, hentikan pertikaian dan permusuhan,” ungkap Ucok.
“Dalam beberapa bulan terakhir kita sudah cukup banyak usaha inovasi bisnis. Kita sudah cukup gerak cepat, karena apapun yang terjadi dapur harus tetap ngebul,” tulis Priyanto.
“Saya optimis dengan perekononian Indonesia di 2021 meski agak tertatih-tatih. Di saat sekarang saja kalau kita bisa mencari peluang bisnis bisa dan sudah saya rasakan seperti usaha katering, jual beli tanaman hias, asal ada kemauan pasti bisa biarpun itu saya lakukan di waktu luang saja atau di saat liburan,” papar Sasongko.
[Diunggah oleh Avrilia Wahyuana]