• Home
  • News
  • Lifestyle
  • Opini
  • Program
  • Video
  • Event
  • Podcast
  • About Us
  • Indeks
Radio Solopos FM
  • Home
  • News
  • Lifestyle
  • Opini
  • Program
  • Video
  • Event
  • Podcast
  • About Us
  • Indeks
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Lifestyle
  • Opini
  • Program
  • Video
  • Event
  • Podcast
  • About Us
  • Indeks
No Result
View All Result
Radio Solopos FM
No Result
View All Result
Home News

Sikapi Tantangan Era Disruptif, Prodi Tadris Bahasa Indonesia IAIN Surakarta Gelar Sayuk Rembuk Bahasa

Redaksi by Redaksi
15 May 2020
in News
0
Sikapi Tantangan Era Disruptif, Prodi Tadris Bahasa Indonesia IAIN Surakarta Gelar Sayuk Rembuk Bahasa

SoloposFM, Fenomena bahasa menjadi perbincangan hangat di kala media sedang marak-maraknya menyebarkan informasi Covid-19. Terlebih setelah Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menetapkan Covid-19 sebagai bencana nasional. Kondisi tersebut ternyata berimplikasi terhadap lahirnya ekspresi-ekspresi berbahasa baru akibat persentuhan bahasa, masyarakat, dan teknologi baru.

Menyikapi fenomena ini, Prodi Tadris Bahasa Indonesia IAIN Surakarta menyelenggarakan sayuk rembuk bahasa, Selasa, (12/05), bertema “Estetika da Etika Bahasa di Era Disruptif. Kegiatan sayuk rembuk bahasa yang dipandu oleh Iqbal Syahrul Akbar Al-Aziz ini, mengundang narasumber dari dosen Prodi TBI, yakni Elen Inderasari, S.Pd., M.Pd.

Berdasarkan rilis yang diterima Solopos FM, meski dilakukan secara daring melalui aplikasi Instagram, namun tidak menurunkan antusias peserta untuk mengikuti diskusi. Hal tersebut ditunjukkan dari total partisipan yang mencapai angka 250. Peserta  tidak hanya didominasi oleh mahasiswa IAIN, tetapi juga diikuti mahasiswa lintas kampus.

Estetika dan Etika Bahasa Medsos

Elen Inderasari selaku narasumber menyampaikan bahwa perubahan paling mendasar dalam komunikasi jarak jauh adalah hilangnya estetika dan etika peran tubuh secara aktual. Dalam komunikasi tradisional estetika dan etika tubuh adalah pembawa pesan sekaligus pesan itu sendiri. Keberadaan tubuh bukan hanya menegaskan pesan verbal, melainkan menjadi unsur yang mampu memperkuat, melemahkan, bahkan menegaskan keberadaan pesan.

Tubuh virtual yang dihadirkan melalui gambar atau video tidak mampu menggantikan peran tubuh aktual. Peran tubuh yang dulu sangat dominan kini terus direduksi. Untuk menggantikannya, teknologi menyediakan aneka fitur sifatnya estetika seperti emotikon, emoji, stiker, dan sejenisnya. Namun fitur-fitur itu pun tidak dapat menggantikan tubuh. Kehadirannya justru menjadi instrumen baru yang mengubah aturan-aturan percakapan konfensional.

Ketidakhadiran estetika dan etika peran tubuh dalam komunikasi tergantikan oleh media teknologi ternyata membawa dampak negatif. Dampak negatif salah satunya kesantunan berbahasa. Orang mulai melupakan peran kesantunan dalam berkomunikasi, sikap santun hanya dimunculkan dalam keterbatasan wujud bahasa tulis.

Antisipasi pada Gejolak Perubahan Bahasa

Pada masa karantina akibat covid-19 seperti sekarang, penggunaan daring cenderung meningkat. Intensitas penggunaan daring ternyata juga dapat menimbulkan perubahan bahasa. Ketika kebiasaan itu dibawa pada komunikasi luring dapat menyebabkan standar kesantunan menurun. Kondisi demikian menunjukkan bahwa teknologi-teknologi baru memiliki implikasi luas terhadap bahasa masyarakat. Teknologi bukan hanya mengubah bentuk ekspresi berbahasa, melainkan juga menggeser nilai-nilai dan aturan dasarnya. Gejolak itu perlu diantisipasi dengan menetapkan batas toleransi sejauh apa teknologi dapat dibiarkan mengubah perilaku berbahasa manusia. Sejauh berkaitan dengan cara estetika dan etika berbahasa, sehingga batasan longgarpun masih dalam kontrol sosial.

Teknologi dapat digunakan seoptimal mungkin sebagai inspirasi dalam mengembangkan keterampilan berbahasa. Semakin kreatif dan bervariasi akan semakin baik. Namun batas yang ketat harus ditetapkan jika berkaitan dengan nilai-nilai dasar masyarakat dan kemanusiaan. Kerukunan, saling menghormati, dan kasih sayang adalah nilai-nilai yang terlalu berharga jika dilangkahi oleh perkembangan teknologi.

“Betapa pun teknologi mengubah bahasa masyarakat, perubahan itu tidak boleh sampai menegasikan nilai-nilai dasar kemanusiaan. Tetap berpegang teguh dengan semboyan, kuasai bahasa asing, utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah,” pungkas narasumber di akhir sayuk rembuk.

[Diunggah oleh Avrilia Wahyuana]

Tags: pendidikancoronacovid 19
Previous Post

Cara Jaga Kemurnian Ramadan Meski di Rumah Aja

Next Post

Jemuran Berbagi untuk Warga Terdampak Covid-19

Next Post
Jemuran Berbagi untuk Warga Terdampak Covid-19

Jemuran Berbagi untuk Warga Terdampak Covid-19

No Result
View All Result

Berita Terbaru

  • Ingin Usus Tetap Muda, Lakukan Hal Ini!
  • Sumanto: Pemuda Hari Ini adalah Penentu Masa Depan Indonesia di Tahun 2045
  • Ketua DPRD Jateng: Pemerintah Harus Fasilitasi, Kompetisi Bela Diri Efektif Kurangi Tawuran di Jalanan
  • Tips Makan Olahan Daging Kurban Tanpa Takut Kolesterol Tinggi
  • Cristiano Ronaldo Bawa Portugal Juarai UEFA Nations League 2024/2025

Category

  • Opini
  • Lifestyle
  • News
  • Program
  • Event
  • Podcast
  • Galery Foto

Site Links

  • Log in
  • Entries feed
  • Comments feed
  • WordPress.org
  • About Us
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy
  • Contact

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Lifestyle
  • Opini
  • Program
  • Video
  • Event
  • Podcast
  • About Us
  • Indeks

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.