SoloposFM, Sekitar satu bulan jelang Ramadan, masyarakat Jawa di beberapa daerah menggelar nyadran. Tradisi ini biasa diadakan pada bulan Ruwah (menurut kalender Jawa) atau Syakban (dalam penanggalan Hijriah).
Sebelum adanya pandemi Covid-19, prosesi ini dilakukan beramai-ramai oleh warga. Acara ini tak sebatas berziarah ke makam leluhur, tetapi juga menjadi ajang berkumpul dan mempererat kebersamaan dengan anggota keluarga dan antarwarga.
Tundjung W Sutirto, Sejarawan Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, dalam Dinamika, Selasa (15/3/2022) menjelaskan kata “Nyadran” berasa dari Bahasa Sansekerta, “sraddha” yang berarti keyakinan.
Nyadran biasanya dilakukan pada hari ke-10 Bulan Rajab atau di awal Bulan Sya’ban.
Baca juga : Untuk Semua Perempuan di Indonesia, Yuk Eksplor Potensi Diri di Media Sosial dengan Empat Cara Ini
Beda Daerah Beda Ciri
“Masing-masing daerah di tanah Jawa memiliki ciri khas masing-masing dalam menyelenggarakan adat ini. Biasanya dalam upacara ini, masyarakat di beberapa daerah membersihkan makam sambil membawa bungkusan makanan hasil bumi yang disebut sadranan,” ungkapnya.
Dalam tradisi itu, masyarakat akan berdoa untuk kakek-nenek, bapak-ibu, serta saudara-saudari mereka yang telah meninggal. Setelah berdoa, mereka menggelar makan bersama, di mana makanan yang disajikan merupakan makanan tradisional seperti ayam ingkung, sambal goreng ati, urap sayur dengan daun rempah, tempe, tahu bacem, dan lain sebagainya. Namun tidak semua masyarakat Jawa selalu membawa sadranan ke makam.
Baca juga : Empat Cara Seru Bikin Bahagia Tinggal di Kamar Aja, Kepribadian Ekstrover Wajib Nyimak!
Dalam Dinamika, Selasa (15/3/2022) Sobat Solopos mengungkapkan sejumlah opininya. Berikut sejumlah opini mereka:
“Masih. Saya Minggu lalu dan kemarin sudah menjalankan tradisi dari eyang, ibu sampai saat ini. Biasanya saya bersihkan makam dan sekalian kirim doa buat almarhum. Hanya saja nggak pakai bawa masak masakan. Nanti saat lebaran habis sholat Ied kita biasanya juga ziarah lagi sekalian bersih makam. Biasanya di makam alm Bapak ibu yang di kecandran Salatiga ada kerjabakti bersih-bersih makan bila nggak bisa ikut maka ahli waris bisa nyumbang snack, minum atau makanan secara sukarela,” papar Priyanto.
“Sebelum pandemi selalu disempatkan, tapi dua tahun terakhir ini tidak. Membersihkan kuburan sekalian dilakukan pas mudik Lebaran,” tulis Ida.