SoloposFM – Sepeda menjadi alat transportasi yang ramah lingkungan. Bagi sebagian masyarakat, sepeda bahkan telah menjadi bagian gaya hidup. Dengan bersepeda, mereka bisa merasakan hidup sehat sekaligus mampu membantu mengurangi polusi udara dan suara di kawasan perkotaan.
Sebagai pencinta sepeda, tahukah Sobat bahwa setiap tanggal 3 Juni diperingati Hari Sepeda Dunia? Deklarasi peringatan ini ditetapkan oleh Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) yang dicapai lewat konsensus 193 negara anggota PBB dalam sesi rutin pertemuan Majelis Umum PBB pada 12 April 2018.
Adanya peringatan Hari Sepeda Sedunia, PBB ingin mendorong negara anggotanya untuk menekankan sekaligus memromosikan penggunaan sepeda sebagai sarana untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan, memperkuat pendidikan, termasuk pendidikan jasmani.
Sepeda di Solo
Solo diklaim mempunyai jalur sepeda terpanjang di Indonesia. Kepala Seksi Manajemen Rekayasa Lalu Lintas Dishub Solo Mudo Prayitno mengatakan, semua ruas jalan di Kota Solo boleh dilalui oleh sepeda.
Pada tahun 2020, Dishub merevitalisasi jalur khusus sepeda sehingga jalur sepeda di Solo mempunyai tiga segmen. Segmen Pertama, berada di jalan Slamet Riyadi. Jalur kawasan ini dari simpang Purwosari hingga Gladak. Pesepeda boleh menggunakan jalur lambat atau citywalk. Selain itu flyover Purwosari diperbolehkan dilintasi oleh pesepeda asalkan tidak berhenti di atas flyover tersebut.
Namun, jalur sepeda di Kota Solo yang sudah dibuka sejak Januari 2021 masih belum dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat terutama pesepeda. Jalur sepeda di Kota Solo banyak yang dipakai untuk tempat parkir kendaraan, mulai dari sepeda motor, mobil dan juga becak. Tidak sedikit pesepeda yang memilih berkendara di jalur cepat dan bercampur dengan kendaraan bermotor.
Lalin Belum Ramah Pegowes
Di sisi lain, lalu lintas di Kota Solo dinilai masih belum ramah pegowes, seperti yang disampaikan 80% Sobat Solopos dalam poling di sesi Dinamika 103, Kamis (3/6). Sedangkan 20% lainnya, menilai lalu lintas di Solo sudah ramah pesepeda atau pegowes.
Salah satu Sobat Solopos, Priyanto, mengatakan, “Menurut saya di Kota Solo untuk pesepeda belum nyaman karena belum ada jalur yang betul-betul steril dan aman bagi pegowes. Meski di sebagian Jl. Slamet Riyadi ada jalur sepeda tapi banyak dipakai untuk parkir, penjual kaki lima, atau jalannya belum mulus banget.”
Sementara, menurut Sriyatmo, “Pesepeda harus tahu etika bersepeda di jalan.”
Pendapat lain disampaikan Syamsudin, “Letak Solo ini memang ideal buat goweser.”
[Diunggah oleh Mita Kusuma]