SoloposFM – Gelandang Denmark Christian Eriksen mendadak kolaps di tengah jalannya laga Euro 2020 antara Denmark vs Finlandia. Belum diketahui pasti penyebab Eriksen kolaps, tetapi para ahli mengatakan bahwa henti jantung merupakan penyebab paling umum kolaps saat olahraga.
Tak lama berselang, kabar duka datang dari dunia bulutangkis Indonesia. Mantan pemain ganda putra Markis Kido meninggal dunia. Hal ini diumumkan PBSI lewat akun media sosial, Senin (14/6/2021). Tak disebutkan penyebab wafatnya pria 36 tahun tersebut.
Sekretaris Menteri Pemuda dan Olahraga (Sesmenpora) Gatot S Dewa Broto menyebut Markis jatuh saat bermain bulutangkis. Hal ini dibenarkan sesama legenda bulutangkis Indonesia, Candra Wijaya yang kebetulan sedang bermain bulutangkis bareng Kido di GOR Petrolin, Alam Sutera, Tangerang.
Menurut Candra, Kido sebenarnya dalam kondisi baik-baik saja saat bermain. Tapi, ketika hendak pindah lapangan, Kido tiba-tiba terjatuh tak sadarkan diri dan membuat rekan-rekannya langsung menghampiri, termasuk Candra.
Candra dan kawan-kawan sudah berupaya melakukan pertolongan pertama sambil menunggu ambulans datang. Sayangnya takdir berkata lain, ketika Kido dilarikan ke Rumah Sakit Omni Alam Sutera, dia sudah tidak bernyawa.
Jangan Forsir Diri di Usia Produktif
Selain dua kasus di atas, cerita soal orang-orang yang meninggal atau kolaps saat berolahraga juga seringkali kita dengar. Sebagian masyarakat berpendapat, hal itu salah satunya karena yang bersangkutan terlalu memforsir diri saat berolahraga.
Hal itu seperti disampaikan beberapa Sobat Solopos berikut.
“Sebaiknya jangan memaksakan atau frosir untuk olahraga apalagi tidak pemanasan dulu. Selain itu, harus tahu kemampuan kita. Olahraga harus disesuaikan juga dengan usia,” kata Priyanto.
Sementara menurut Beny Sutanto, “Memforsir aktifitas kerja ataupun olahraga sebenarnya boleh sih, asal seimbang dengan kegiatan lain seperti rekreasi bersama keluarga, ibadah/meditasi, gaya hidup, pola makan juga pengaruh. Contohnya Cristiano Ronaldo, umurnya sudah 36 tahun tapi performa masih maksimal, bentuk badan juga bagus, tidak seperti atlet di rata-rata usianya. Kalau dilihat Cristiano ini mampu menyeimbangkan semuanya.”
Pendapat lain disampaikan Rudi di Solo, “Memang segala yang berlebihan itu tidak baik. Ini juga menjadi pelajaran bagi kita untuk tetap mengukur kekuatan diri sendiri.”
[Diunggah oleh Mita Kusuma]