SoloposFM – Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim resmi meluncurkan Kurikulum Merdeka untuk tahun ajaran 2022/2023, pada 11 Februari 2022 lalu.
Menteri Nadiem menyebut ada beberapa keunggulan bila menggunakan Kurikulum Merdeka, salah satunya adalah program peminatan untuk jenjang SMA dihapus sehingga tidak ada lagi pilihan jurusan IPA atau IPS. Ia menyebut bahwa jurusan IPA dan IPS bukan dihapus melainkan dihilangkan sekatnya.
Terkait hal itu, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan menerapkan aturan salah satu aturan baru tersebut dalam pelaksanaan penerimaan peserta didik baru atau PPDB tingkat SMA/SMK Tahun Ajaran 2022/2023.
Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah, Suyanto, mengatakan pada PPDB Jateng tahun 2022/2023 di jenjang SMA tidak ada lagi penjurusan atau kepeminatan IPA, IPS, atau Bahasa sebagai konsekuensi dari kurikulum Merdeka Belajar yang nantinya diberlakukan.
“Terkait pelaksanaannya kami memberikan pilihan. Pertama, untuk sekolah penggerak wajib menggunakan Kurikulum Merdeka. Namun bagi sekolah yang bukan termasuk sekolah penggerak, bisa menggunakan Kurikulum Merdeka, atau bagi yang belum sementara masih menggunakan kurikulum sebelumnya. Tapi di Jawa Tengah, kebanyakan sekolah sudah menggunakan Kurikulum Merdeka,” ungkap Suyanto.
Baca juga: Cek Sob! Pantai-Pantai Berbahaya di Dunia
Mayoritas Sobat Solopos Setuju
Dari hasil polling Instagram SoloposFM @SoloposFMSolo, mayoritas Sobat Solopos menyatakan setuju dengan ditiadakannya penjurusan IPA, IPS, Bahasa di jenjang SMA.
Sejumlah opini juga disampaikan dalam Dinamika 103, Kamis (2/6).
Salah satunya disampaikan Sriatmo, “Sangat disayangkan kalau penjurusan IPA, IPS & Bahasa dihilangkan. Sebab dengan penjurusan bisa mengetahui bakat atau minat dari anak-anak tersebut agar nantinya untuk jenjang perguruan tinggi lebih mudah menerima ilmu pengetahuan setelah di SMA mendalami ilmu tersebut. Malah menurut saya ditambah lagi pengetahuan yang ambil IPA dengan mata pelajaran IT.”
“Yang masih membuat saya bingung, apakah tidak ada penjurusannya hanya di awal, atau sampai lulus? Terus bagaimana untuk daftar kuliah nanti, bukannya ada IPA / IPS?” pungkas Nur Syamsiah.
“Setuju kalau penjurusan ditiadakan. Karena selama ini malah kesannya jadi seperti gab antara anak-anak yang pinter yang biasanya masuk IPA dan anak-anak yang kurang pinter yang biasanya masuk IPS atau Bahasa,” kata Andika.