SoloposFM – Pelaksana proyek rel layang Joglo tahap I saat ini tengah mengerjakan pemindahan saluran air dengan memasang box culvert dan akan dilanjutkan dengan pembuatan detour track kereta api sejak 7 Juni hingga 8 Juli mendatang.
Selama masa pengerjaan proyek itu, terjadi penyempitan di simpang Joglo. Selain itu, simpang Joglo, Solo, juga ditutup masing-masing selama dua hari sebanyak dua kali untuk masing-masing simpang.
Penutupan simpang sisi utara yakni tanggal 12-13 Juni (untuk relokasi box culvert) dan 5-6 Juli (pembuatan detour track). Sedangkan penutupan simpang sisi selatan yakni pada 14-15 Juni (untuk relokasi box culvert) dan 7-8 Juli (pembuatan detour track).
Hal itu berakibat penyempitan jalan di Simpang Joglo dan beberapa kali penutupan simpang pada malam hari hingga memicu terjadinya kemacetan arus lalu lintas. Kemacetan diperparah masih banyaknya kendaraan berat melintas di Simpang Joglo. Beberapa truk kesulitan untuk berbelok, di tambah lajur kendaraan yang menyempit membuat situasi kemacetan tak terhindarkan.
Warga pun menutup gang-gang kampungnya agar tidak dilewati kendaraan yang menghindari macet. Tidak hanya itu, pelaksanaan proyek rel layang Joglo ini juga menimbulkan efek samping lain seperti polusi udara akibat debu dan asap knalpot kendaraan yang memadati jalur tersebut, hingga menurunnya penjualan pedagang di sekitar pengerjaan proyek.
Baca juga : Ini Pendapat Pengamat Ekonomi Soal Reshuffle Mendag dan Menteri ATR/BPN
Baru Tahap Pemanasan
Kepala Bidang Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas Dishub Kota Surakarta Mudo Prayitno mengatakan saat ini masa pekerjaan di Joglo sudah memasuki tahap detor track, sehingga terjadi penyempitan di Jl Ki Mangunsarkoro sekitar 6 meter yang mengakibatkan kemacetan di jam-jam tertentu.
Menurut Mudo Dishub sudah berkomitmen dengan kontraktor bahwa untuk pekerjaan yang berdampak pada lalu lintas dikerjakan pada malam hari untuk meminimalkan kemacetan.
“Disub juga sudah menginformasikan agar kendaraan berat menggunakan jalan tol. Meski begitu memang masih ada kendaraan berat yang melintas di luar jam pekerjaan. Ya ada beberapa faktor yang membuat mereka tetap lewat jalur tersebut,” ungkap Mudo.
Mudo pun mengharapkan masyarakat terutama pengguna jalur simpang Joglo merencanakan waktu perjalanan lebih baik lagi dan sebisa mungkin hindari rute simpang Joglo.
“Mohon bersabar, karena ini untuk kepentingan bersama. Apalagi pekerjaan proyek rel layang Joglo, saat ini baru tahap pemanasan. Nanti kalau sampai pada tahap pengerjaan underpass, bisa jadi akan ditutup total, sehingga pengendara harus mencari jalur alternatif lain. Harapannya setelah pekerjaan ini selesai, bisa membuat lalu lintas di simpang Joglo lebih baik ke depannya,” tambahnya.
Tetap Lewat Simpan Joglo
Melalui polling di Istagram SoloposFM @soloposfmsolo, sebanyak 67% Sobat Solopos mengaku tetep lewat Simpang Joglo meski lalu lintas di jalur tersebut semakin macet. Sedangkan 33% lainnya memilih mencari jalur alternatif lain.
Sejumlah komentar pun disampaikan Sobat Solopos dalam program Dinamika 103, Senin (20/06).
“Beberapa hari yang lalu kalau malam ditutup dari Komplang. Pokoknya tidak bisa lewat sama sekali. Saya dari Karangasem pulang sudah sampai Nusukan suruh lewat Ngemplak. Tapi sekarang kalau malam sudah tidak ditutup. Tapi kalau siang, Masya Allah,” ungkap Mudhowati.
Sementara menurut Nur Syamsiah, “Yang macet bukan cuma Joglo. Sekarang mau ke Ngemplak saja sering macet, terutama yang dari utara, macet panjang sampai ke bangjo simpang tiga yang di Cengklik. Tapi untuk saat ini, kalau yang pakai motor, jalan lintas kereta yang kecil-kecil belum ditutup. Misal dari arah terminal, bisa belok di gang yang jual bambu dekat jembatan keris. Jalan alternatif yang tidak jauh dari simpang Joglo juga ada, nanti tembusnya Nusukan, dll.”
“Saya kalau ke simpang Joglo hanya setahun sekali ke rumah kerabat. Lihat macetnya, sudah bikin pusing. Semoga dengan rencana pembangunan di simpang Joglo diberi kelancaran dan kemudahan,” kata Sriyatmo.
Baca juga : Ini Kunci Menghadapi Krisis Kesehatan di Masa Depan