Radio Solopos – Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat, jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 7,86 juta orang per Agustus 2023. Dari angka tersebut, penduduk usia produktif dari kalangan generasi Z, disebut menyumbang kontribusi terbesar jumlah pengangguran di Tanah Air.
Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Agustus 2023, jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 7,86 juta dari total angkatan kerja mencapai 147,71 juta orang. Angka pengangguran itu didominasi oleh penduduk usia 15-24 tahun atau yang tergolong Gen Z.
Belum terserapnya Gen Z pada pasar kerja ini tentu harus menjadi perhatian banyak pihak. Apalagi mengingat bonus demografi tidak lama lagi dihadapi Indonesia. Dominasi penduduk dengan usia produktif itu menjadi modal penting Indonesia menghadapi persaingan global. Tapi ancaman meningkatnya angka pengangguran akan dihadapi, jika bonus demografi tersebut tidak dikelola dengan baik.
Beberapa faktor disebut sebagai penyebab rendahnya serapan lapangan kerja oleh anak-anak muda usia 15-24 tahun ini. Di antaranya terkait link & match sistem pendidikan, sampai alasan lebih mengutamakan work life balance atau terlalu selektif dalam memilih pekerjaan.
Dikutip dari Solopos.com, menurut Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat belum terserapnya Gen Z pada pasar kerja karena sistem pendidikan yang diterapkan saat ini belum sepenuhnya mengantisipasi kebutuhan pasar kerja.
Lestari menilai penyesuaian antara sistem pendidikan dan kebutuhan sumber daya manusia (SDM) dunia kerja harus segera diwujudkan untuk menekan tingkat pengangguran pada generasi muda.
Di sisi lain, berdasarkan survei Randstad Workmonitor 2022, kebanyakan gen Z dan milenial justru lebih memilih menjadi pengangguran ketimbang merasa tak bahagia di tempat kerja.
Rinciannya, yakni sebanyak 41% pekerja berusia 18-24 tahun alias Gen Z setuju dengan pendapat tersebut. Sedangkan, sebanyak 38% pekerja berusia 25-34 tahun alias generasi milenial sependapat terkait hal itu.
Kemudian, ada 36% pekerja berusia 35-44 tahun yang memilih untuk menjadi pengangguran daripada tak bahagia di tempat kerja. Lalu, ada sebanyak 28% pekerja berusia 45-54 tahun yang setuju dengan hal tersebut.
Sementara itu, hanya ada 25% pekerja berusia 55-67 tahun yang memilih untuk menjadi pengangguran daripada tak bahagia di tempat kerja.
Survei itu mengatakan, adanya kesenjangan yang terdeteksi antara kelompok usia muda dan tua terkait pilihan menjadi pengangguran ketimbang tak bahagia di tempat kerja.