Radio Solopos – Selama satu dekade terakhir, wajah transportasi kota dan desa di Indonesia mengalami perubahan besar. Ojek online hadir sebagai jawaban atas keterbatasan layanan angkutan umum. Praktis, fleksibel, dan menjangkau hingga gang sempit.
Namun, kehadirannya juga menandai satu hal penting: anggaran, perhatian, dan perencanaan terhadap transportasi umum kita tidak berjalan semestinya.
Tak banyak yang sadar bahwa di balik helm hijau dan jaket aplikasi, banyak pengemudi ojol adalah sopir profesional. Dulu mereka mengemudikan angkot, angkudes, atau bus AKDP. Kini, karena sistem transportasi formal yang mati suri, mereka beralih ke sektor yang informal dan penuh ketidakpastian.
Jika kita benar-benar ingin membangun Indonesia yang terhubung dan berkeadilan, pembenahan angkutan umum dari hulu ke hilir adalah keharusan. Ini bukan sekadar urusan trayek atau terminal, melainkan menyangkut:
- Integrasi antarmoda di tiap kota dan kabupaten,
- Penataan sistem, rute, dan insentif bagi operator lokal,
- Re-skilling dan rekrutmen kembali para pengemudi angkutan yang selama ini tersingkir.
Pembenahan sistem transportasi nasional ini mencakup angkutan perkotaan, pedesaan, perintis, dan penghubung antarwilayah. Bukan hanya di kota besar seperti Jakarta atau Surabaya, tetapi hingga pelosok negeri yang selama ini hanya mengandalkan ojek, pick-up, atau truk bak terbuka.
Bila ini dijalankan dengan sungguh-sungguh:
- Lalu lintas akan lebih tertib.
- Ketergantungan pada ojol sebagai solusi utama akan berkurang.
- Pengemudi lama bisa kembali ke profesinya dengan bangga.
- Dan masyarakat, pada akhirnya, akan mendapatkan hak dasar mereka: akses transportasi yang aman, nyaman, dan terjangkau.
Membenahi angkutan umum bukan sekadar proyek teknis. Ini adalah upaya mengembalikan martabat bangsa dalam bergerak.
Penulis : Muhammad Akbar, Pemerhati Transportasi (Mantan Kadishub. DKI Jkt era Gub. Ahok)