Radio Solopos, KLATEN — Setelah Salatiga, kasus dugaan keracunan terjadi di salah satu SMP di Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Rabu (8/10/2025).
Belasan siswa setempat mengalami mual dan pusing seusai mengonsumsi menu program makan bergizi gratis (MBG).
Berdasarkan pantauan Espos (Grup Radio Solopos), siswa yang diduga mengalami gejala keracunan menu MBG berdatangan ke Puskesmas Wedi.
Sejumlah ambulans disiagakan di sekitar Puskesmas. Beberapa siswa terlihat dibawa menggunakan ambulans.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Klaten, Anggit Budiarto, menjelaskan ada 13 siswa yang mengalami gejala hingga pukul 15.00 WIB.
Dari jumlah itu, sebanyak delapan siswa dirujuk ke RSUD Bagas Waras Klaten. Sebanyak tiga orang diizinkan pulang dan dua orang masih menjalani observasi.
“Data yang terkumpul di kami ada 11 anak yang merasa keluhan dengan mual dengan adanya muntah dan lemas. Sehingga kami lakukan observasi dan dari 11 siswa itu, delapan siswa kami rujuk ke rumah sakit untuk penatalaksanaan terhadap gejala yang muncul karena Puskesmas di Wedi ini bukan Puskesmas rawat inap,” ungkap Anggit saat ditemui di Puskesmas Wedi.
Anggit mengungkapkan gejala tersebut muncul saat siswa masih berada di sekolah. Dia juga menjelaskan sampel sudah diambil dari menu makanan yang sebelumnya disantap siswa untuk dilakukan uji laboratorium.
“Untuk dugaan sementara, kami masih melakukan pemeriksaan. Kami sudah ambil sampel dari makanan yang disajikan. Kami tetap harus menunggu dari hasil pemeriksaan laboratorium,” papar Anggit.
Anggit mengungkapkan dari informasi yang dia terima, mekanisme pembelajaran di SMPN 1 Wedi. Pada sif pagi, ada sekitar 384 siswa.
“Untuk sif kedua atau siang, dengan adanya kejadian ini [menu MBG] tidak dibagikan,” kata Anggit.
Camat Wedi, Widaya, mengungkapkan rata-rata siswa yang mengalami gejala mengeluhkan mual dan pusing. Mereka kemudian dibawa ke Puskesmas untuk mendapatkan pemeriksaan medis.
“Info yang saya terima, distribusi pagi itu pukul 09.00 WIB tadi kemudian dimakan terus pukul 10.00 WIB mulai ada gejala,” kata Widaya.