SoloposFM–Bermedia sosial seringkali mengasyikkan. Namun bila tidak berhati-hati, maka akan menjadi bumerang. Seperti yang dialami Pandu Wijaya, seorang karyawan PT Adhi Karya yang mendapatkan surat peringatan III atau SP3 dari perusahaannya gegara menghina KH Mustofha Bisri atau Gus Mus di Twitter.
Dikutip dari Detik, Jum’at (25/11/2016), surat SP3 itu telah dikirimkan PT Adhi Karya kepada Pandu per Kamis (24/11/2016) dan ditandatangani oleh Project Manager di PT Adhi Karya Dr Ir Wikrama Wardana MM MPM.

Berikut isinya:
No: 001/INT/Adhi-Penta/SUGBK/XI/2016
Lamp: —
Kepada Yth,
Sdr. Pandu Wijaya
di
Tempat.
Terkait posting saudara di akun Twitter pada tanggal 23 November 2016 jam 18.03 WIB yang sangat tidak pantas, dengan ini saudara diberi peringatan III.
Perbuatan saudara dikategorikan sebagai pelanggaran berat yang terbukti merugikan nama baik perusahaan.
Demikian surat peringatan ini disampaikan harap menjadikan perhatian saudara
PT Adhi Karya (Persero) Tbk.
Proyek renovasi Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK)
Dr Ir Wikrama Wardana MM MPM.
Project Manager
Tembusan:
1. GM Departemen SDM
2. GM Departemen Gedung
3. Arsip
Kasus ini bermula saat Gus Mus melakukan kultwit di Twitter lewat akun @gusmusgusmu. Gus Mus bicara soal rencana Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) MUI melakukan aksi salat Jumat di jalan protokol Jakarta pada Jumat 2 Desember 2016. Gus Mus berharap aksi salat Jumat di jalan itu tidak dilakukan massa karena dinilainya merupakan bid’ah besar.
“Kalau benar, wah dalam sejarah Islam sejak zaman Rasullullah SAW baru kali ini ada bid’ah sedemikian besar. Dunia Islam pasti heran,” cuit Gus Mus pada 23 November 2016 pukul 16.46 WIB. Cuitan itu pun direspons Pandu Wijaya lewat akun Twitternya @panduwijaya_.
“@gusmusgusmu Dulu gk ada aspal Gus di padang pasir, wahyu pertama tentang shalat jumat jga saat Rasullullah hijrah ke Madinah. Bid’ah ndasmu!” cuit Pandu Wijaya yang kini mengunci akun Twitternya. Komentar Pandu ini kemudian menjadi viral dan memicu kemarahan netizen karena dianggap kasar, terlebih pada seorang ulama besar seperti Gus Mus. Pandu kemudian sempat meminta maaf, namun cuitannya itu terlanjur berdampak panjang baginya.
[Dita Primera]