SoloposFM-Pola hidup konsumtif tak bisa dilepaskan dari gaya hidup modern yang serba praktis. Hal ini tentu didukung dengan teknologi canggih yang berkembang begitu pesat sehingga memudahkan berbagai kepentingan dan yang terpenting adanya daya beli. Di satu sisi, pola dan gaya hidup konsumtif memberikan kenikmatan dan kepuasan baik secara fisik maupun psikologis. Namun disadari atau tidak, gaya hidup konsumtif justru memiliki dampak kurang baik terhadap kesehatan finansial. Konsumtif dapat diasumsikan sebagai pemborosan. Sementara pemborosan itu sendiri bisa dimaknai sebagai suatu perilaku yang berlebih-lebihan melampaui apa yang dibutuhkan. Ketika masih memiliki daya beli, perilaku konsumtif memang mengasyikkan, kita bisa membeli segala sesuatu yang tak hanya sekedar apa yang dibutuhkan, tetapi juga yang diinginkan. Tanpa disadari, perilaku tersebut akan menjadi kebiasaan bahkan mengendap membentuk karakter yang sulit untuk diubah apalagi dihilangkan.
Berikut tips mengubah gaya hidup yang berlebihan. Seperti yang dikutip dari berbagai sumber (8/8/2017).
Membuat anggaran belanja
Anggaran belanja merupakan salah satu alat untuk mengatur aliran dana. Dalam konteks ini tentu saja yang menjadi fokus utama adalah perencanaan pengeluaran. Kebutuhan bisa mencakup harian juga bulanan. Setiap pengeluaran harus diatur dalam pos-pos yang jelas. Dengan demikian, anggaran yang disediakan untuk pemenuhannya juga bisa terpampang secara gamblang. Pembuatan anggaran belanja sekaligus bisa menentukan target pengeluaran.
Prioritaskan kebutuhan
Penting dipahami bahwa kebutuhan tidak sama dengan keinginan dan keperluan. Sederhananya, butuh selalu perlu, sedangkan perlu tidak selalu butuh. Jadi, kebutuhan memiliki derajat yang lebih tinggi daripada keperluan atau hanya sekadar keinginan. Untuk beranjak dari perilaku konsumtif, prioritaskanlah kebutuhan. Jika kebutuhan telah terpenuhi, maka keinginan atau keperluan bisa dipenuhi ketika ada dana sisa.
Hindari pemakaian kartu kredit
Ada yang bilang kartu kredit tak ubahnya seperti kartu setan. Dia begitu mudah membujuk dan merayu berperilaku konsumtif dengan berbelanja berlebihan bahkan untuk barang-barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Mudah, praktis, dan gengsi. Itulah iming-iming yang menggelitik psikologis manusia, terutama yang hidup di perkotaan. Belanja menggunakan kartu kredit sebenarnya sah-sah saja, asal Anda memiliki komitmen dan kontrol diri yang kuat.
Mulailah berinvestasi
Investasi merupakan salah satu cara untuk menghindari perilaku konsumtif sekaligus merencanakan kehidupan masa depan yang lebih baik. Investasi dapat dipahami sebagai penanaman modal pada suatu usaha atau barang tak bergerak dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa mendatang. Ketika usia Anda tak lagi produktif, investasi bisa menyelamatkan kehidupan masa tua Anda. Misalnya saja, Anda membeli properti. Jika belum ingin memanfaatkannya untuk diri sendiri, Anda bisa menyewakannya kepada pihak lain sehingga Anda memperoleh keuntungan dari uang sewanya.
Cermat ketika memilih barang
Mahal tak selalu berkualitas, dan murah tak selalu murahan. Agaknya prinsip tersebut perlu bahkan wajib Anda terapkan ketika membeli suatu barang. Membeli barang berdasarkan fungsi akan lebih bijak dibandingkan berdasarkan merek hanya untuk menunjang gengsi.
Beramal dan bersedekah
Cara yang satu ini memang berbau religi, namun tidak kalah ampuh untuk mengubah perilaku konsumtif. Dengan beramal dan bersedekah berarti Anda telah berbagi dengan orang-orang yang secara ekonomi tidak seberuntung Anda. Pesan moralnya, dengan bersedekah, memberikan sumbangan atau donasi ke lembaga-lembaga sosial seperti panti asuhan, panti jompo, atau fakir miskin, Anda telah membantu meringankan beban mereka. Jika memiliki dana berlebih, akan lebih baik apabila Anda menyalurkannya kepada orang-orang yang membutuhkan, bukan justru egois dengan menghambur-hamburkannya untuk kesenangan pribadi, meski itu merupakan hak Anda.
(Erlin Setyawati)