Radio Solopos – Koalisi Dog Meat Free Indonesia (DMFI) bersama Nabati Nusantara dan Bawahskor menggelar aksi damai di Stadion Mandala Krida untuk mendesak penghentian perdagangan dan konsumsi daging anjing di Yogyakarta pada Senin (17/2/2025).
Dalam aksi ini, Nabati Nusantara mendorong peralihan ke pangan nabati dengan memperkenalkan Tongseitan, tongseng nabati yang menjadi bukti nyata bahwa konsumsi tanpa kekerasan adalah pilihan yang bisa diwujudkan.
Kegiatan ini berlangsung bertepatan dengan akhir babak 8 Besar Liga 2 yang diikuti oleh PSIM. Para pengunjung diajak mencicipi Tongseitan sekaligus mendapatkan edukasi mengenai dampak besar perdagangan dan konsumsi daging anjing di Yogyakarta.
Aksi ini turut mendapat dukungan dari komunitas penggemar sepak bola Bawahskor yang membagikan Matchgazine (zine pertandingan PSIM) serta menghadirkan DJ set untuk menarik perhatian massa yang lebih luas.
Elsa Lailatul Marfu’ah, Koordinator Edukasi DMFI, menyoroti lambannya tindakan pemerintah DIY pasca diterbitkannya Surat Edaran (SE) Gubernur No. 510/13896 Tahun 2023 tentang Pengendalian Peredaran/Perdagangan Daging Anjing dan Hewan Penular Rabies Lainnya di DIY pada 7 Desember 2023 lalu.
“Setelah diterbitkannya SE tersebut, belum ada langkah progresif yang ditempuh pemerintah DIY. Padahal sebelumnya, dalam audiensi dengan Koalisi DMFI pada 19 Oktober 2023, pihak Pemprov DIY secara terbuka menyatakan bahwa SE tersebut akan segera ditindaklanjuti dengan penyusunan Perda. Sayangnya, langkah konkret yang diharapkan publik tak kunjung direalisasikan, sementara praktik perdagangan dan konsumsi daging anjing yang kejam dan berbahaya tetap berlangsung,” ujar Elsa.
Selain kekejamannya, perdagangan daging anjing juga membawa risiko kesehatan serius. Anjing-anjing yang ditransportasikan dari wilayah endemik rabies dikirim ke DIY tanpa pemeriksaan, seperti kasus penyelundupan 78 anjing dari Jawa Barat yang digagalkan di Kulonprogo pada Mei 2021.
Praktik ilegal dan brutal ini bukan hanya pelanggaran hukum, tetapi juga ancaman nyata bagi status DIY sebagai daerah bebas rabies, dengan risiko penyebaran zoonosis mematikan.
Dalam kesempatan yang sama, Angelina Pane, Program Manager Nabati Nusantara, memperkenalkan Tongseitan sebagai pengganti sengsu.
“Banyak yang bilang tongseng tanpa daging hewani itu nggak mungkin, tapi Tongseitan membuktikan sebaliknya. Rasanya tetap kaya rempah, gurih, lebih sehat dan yang terpenting, tidak ada penderitaan di balik setiap porsinya. Ini adalah bukti bahwa kita bisa menikmati hidangan lezat tanpa harus melakukan kekejaman terhadap hewan,” jelas Angelina.
“Selain Tongseitan, ada juga jamu Ginger Shot yang menghangatkan dan kaya manfaat. Makan sengsu bikin sehat itu mitos!” tegasnya.
Suara suporter bola
Bawahskor, komunitas suporter PSIM yang telah aktif melapak di Stadion Mandala Krida selama lebih dari empat tahun, turut serta dalam aksi ini.
Dimaz Maulana dari Bawahskor menegaskan bahwa komunitas mereka tidak hanya peduli pada sepak bola, tetapi juga berbagai isu sosial yang berkembang di Yogyakarta, termasuk masifnya perdagangan daging anjing di Yogyakarta.
“Aksi ini dekat dengan keresahan kami sebagai warga Yogyakarta. Stadion bukan hanya tempat menonton bola, tapi juga ruang untuk menyuarakan isu-isu penting bagi komunitas kami. Kami berharap pemerintah DIY benar-benar mengambil langkah nyata untuk mengakhiri perdagangan daging anjing ini, bukan sekadar retorika tanpa eksekusi,” ujar Dimaz.
Dengan adanya aksi ini, DMFI, Nabati Nusantara, dan Bawahskor berharap dapat meningkatkan kesadaran publik serta mendorong pemerintah DIY untuk segera mengambil langkah konkret dalam menghentikan perdagangan dan konsumsi daging anjing di Yogyakarta.