SoloposFM-Jalan layang (flyover) adalah jalan yang dibangun untuk menghindari daerah atau kawasan yang selalu menghadapi permasalahan kemacetan lalu lintas yang sangat parah, hal tersebut karena terlalu besar volume kendaraan dibandingkan ruas jalan yang ada. Pembangunan jalan layang (flyover) mempunyai beberapa hal positif yang diperoleh antara lain, dapat memecahkan permasalahan mobilitas dan aksesibilitas yang berguna untuk meningkatan kinerja lalu lintas.
Jalan layang (flyover) juga didesain dengan menggunakan tipe struktur beton prategang twin box girder bentang menerus (continues beam), salah satu tipe struktur jalan layang adalah dengan bentuk box girder. Box ginder tersebut memiliki bentuk transparan yang cukup langsing. Maka untuk itulah dengan mengatasi kemacetan lalu lintas semua daerah atau kawasan di Jawa membangun jalan layang (flyover).
Berikut ini beberapa jalan layang (flyover) di Jawa, yang dikutip dari berbagai sumber (19/9/2017):
Flyover Palur, Karanganyar Jawa Tengah
Flyover Palur diresmikan oleh Gubenur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo pada tanggal 22 April 2016 sekitar pukul 20.30 WIB. Dalam peresmian tersebut juga menggelar wayang kulit semalam suntuk dengan lakon Pendawa Kumpul yang digelar di bawah jembatan layang di sebelah barat rel kereta api. Wayang kulit semalam suntuk merupakan hiburan gratis bagi masyarakat yang akan menyaksikan wayang tersebut dan peresmian jembatan layang (flyover).
Peresmian tersebut juga mengundang Bupati Sukoharjo, Wardoyo Wijaya dan dua dalang Ki Anom Dwijo Kangko serta Ki Anggit Laras Prabowo. Bupati Karanganyar, Juliyatmono, juga mengingatkan kepada seluruh warga agar ikut menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan di sekitar flyover.
Flyover Pasupati, Jawa Barat
Jembatan Pasupati, Jawa Barat dibangun mulai Oktober 2001 dan mulai digunakan untuk umum pada tanggal 25 Juni 2005 dengan dana yang diperlukan sekitar Rp278 Milyar. Jembatan Pasupati melayang di atas Sungai Cikapundung juga merupakan tipe jembatan Cable-Stayed Bridge, yaitu jembatan yang ditopeng dengan satu atau lebih tiang utama dan kabel-kabel besar yang menahan badan jembatan.
Dilihat dari sangkutan kabel pada tiang utama, maka jembatan tersebut juga termasuk dalam tipe Harp (harpa). Disebut demikian karena titik-titik tumpu kabel pada tiang tersebut terletak menyebar.
Flyover Klonengan, Tegal Jawa Tengah
Di pertigaan Klonengan, Prupuk, Kecamatan Margasari, Kabupaten Tegal seringkali terjadi kemacetan lalu lintas karena lokasi tersebut berdekatan dengan pintu perlintasan kereta api. Pembangunan flyover Klonengan diharapkan bisa mengatasi problem kemacetan di kawasan itu. Pembangunan tersebut dilakukan selama 180 hari kerja dengan teknologi Corrugated Mortarbusa Pusjatan (CMP).
Flyover Klonengan tersebut ditargetkan selesai pada 15 Juni 2017 atau H-10 lebaran 2017, hal tersebut untuk memperlancar arus mudik lebaran. Total panjang seluruh flyover Klonengan tersebut mencapai 2,8 kilometer dengan anggaran pembangunan sebesar Rp350 miliar.
Flyover Manahan, Solo Jawa Tengah
Pembangunan flyover Manahan akan segera dimulai yang dilaksanakan sekitar bulan Oktober. Flyover tersebut dibangun di atas jalur rel kereta api Solo-Yogyakarta. Meskipun belum dipastikan waktu dimulainya, namun antisipasi rekayasa lalu lintas sudah dilakukan oleh Dinas Perhubungan (Dishub) Solo.
Dinas Perhubungan sudah memetakan tiga ruas jalur yang akan menjadi titik kemacetan lalu lintas baru selama proyek pembangunan flyover, yakni kawasan perlintasan sebidang Pasar Nongko, Persimpangan Jalan Wora Wari, serta persimpangan Jalan Kalitan. Flyover Manahan tersebut juga didesain dengan tetap mempertahankan jalan eksisting. Di bawah flyover nantinya juga ada tiga terowongan dengan menggunakan teknologi Corrugaten Mortar Busa Pusjatan (CMP).
[Lintain Mustika]