SoloposFM, Pandemi Covid-19 yang belum juga berakhir membuat masyarakat berupaya mencari obatnya. Apalagi jika posisi terapar, baik itu diri sendiri maupun kerabat. Sejumlah isu pun muncul, yang berakibat pada panic buying. Mulai dari obat cacing yang diyakini bisa menyembuhkan Covid-19 hingga suplemen vitamin dan produk minuman lainnya.
European Medicines Agency (EMA) tidak memberikan rekomendasi untuk ivermectin digunakan sebagai obat COVID-19. Ivermectin hanya disetujui untuk obat cacing dan obat untuk hewan mengatasi parasit.
Baca juga : PPKM Darurat, Pendengar Solopos FM : Solo Sepi Dan Susah Cari Uang!
Efek Keterbukaan Informasi
Apt Sukir Satrija Djati, M.P.H, Apoteker Farmasi Kesehatan Masyarakat dalam Dinamika 103 SoloposFM, Rabu (7/7/2021) mengakui aksi borong ini efek keterbukaan informasi. Sayangnya hal ini tidak disertai upaya croscek kebenaran.
“Mereka langsung menyebar info yang didapat. Padahal ada juga orang-orang tidak bertanggung jawab bikin hoax,” ungkap dosen farmasi UII ini.
Baca juga : PPKM Darurat, Mayoritas Pendengar Solopos FM Khawatir Dampak Ekonominya
Ia menekankan sampai hari ini belum atau tidak ada obat baru antivirus ut Covid-19.
”Yang ada obat lama yang sudah eksis yang sebelumnya untuk antivirus atau bakteri kemudian dikombinasi dijadikan standar terapi. Jadi ini individual by resep, ksus per kasus. Namun ada juga pasien kreatif, mencatat obat nya, hingga bikin list resep dan di share. Akibatnya masyarakat panik beli. Ingat bahwa itu adalah obat daftar D atau obat keras dgn resep. Itu obat untuk kuratif atau pengobatan bukan preventif atau pencegahan. Jika tidak hati-hati bisa berbahaya,” jelasnya lebih lanjut.
Sukir memaparkan India saat menghadapi ledakan Covid-19 pernah menggunakan Ivermectin sebagai standar terapinya, namun karena efek yang tidak menggembirakan serta munculnya berbagai efek samping maka per Mei 2021 Ivermectin dikeluarkan dari daftar obat untuk Covid-19
Ivermectin adalah obat keras yang mendapakannya harus dengan resep dokter jadi sangat tidak bijak jika ada orang/oknum lembaga dan/atau institusi membagi-bagikan ke masyarakat, hal tersebut sangat melangar CDOB (cara distribusi obat yang baik).
“Sekali lagi itu masih obat cacing, bukan Covid-17. Jika ada dokter yang akan meresepkan Ivermectin sebagai obat Covid-19, maka polanya harus mengikuti protocol uji klinis yang sedang dikomandoi Balitbangkes Kemenkes RI untuk 8 rumah sakit di Indonesia. Membeli langsung Ivermectin baik untuk pengobatan Covid atau malah pencegahan tanpa resep sebaiknya dihindarkan, sebab selain belum terbukti efektif, kemungkinan mendapatkan efek samping hingga Ivermectin palsu sangat besar, jadi sebaiknya jangan,” pesannya.
Ia meminta masyarakat tidak risau dan resah jika Ivermectin hilang dari pasaran atau harga melambung.
“Biarkan saja dan tidak perlu geger, jaga jangan sampai jadi korban hoax, infodemik berlebih serta dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab,” pungkasnya.
Opini Pendengar SoloposFM
Dalam Dinamika 103 SoloposFM, Rabu (7/7/2021) pendengar SoloposFM mengaku tidak terpengaruh isu obat tersebut. Mereka juga tidak melakukan panic buying.
Berikut sejumlah opini mereka:
“Saya sekeluarga tidak termasuk warga yang panik denag kondisi apapun. Apalagi saat ini. Semua kami jalani dengan alamiah,” tulis Sriyatmo di Pajang.
“Kalau saya tidak ikut borong. Saya lebih fokus ke perekonomian saya. Bagaimana caranya bisa bertahan di masa PPKM,” ungkap Kartiman.
“Tidak ikut panic buying,” tulis Ahmad di Nayu.
“Saya tidak terpengaruh dengan panic buying obat vaksin covid 19. Obat covid 19 hingga kini belum ditemukan. Jangan sampai terpancing atau terpengaruh oleh isu atau yang lagi viral di medsos. Saya lebih baik menjaga imun agar tetap fit dengan obat tradisional saja dan harganya sangat terjangkau selain itu tidak ada efek samping buat organ tubuh kita seperti ginjal, jantung, lever. Seperti minum wedang jahe rempah, kalau siang panas lebih baik air kelapa wulung/muda murni di kasih sedikit jeruk nipis dan madu,” papar Priyanto Sasongko.
Tidak ikut borong obat. Yang penting taati prokes, konsumsi buah, makan makanan bergizi, minum vitamin C, tiap pagi berjemur itu sudah cukup menjaga imun kita,” ungkap Darmiyanti di Sragen.
[Diunggah oleh Avrilia Wahyuana]