SoloposFM, Komisi Penyiaran Indoensia (KPI), menilai Indonesia sudah terlalu banyak tontonan yang berasal dari luar negeri. Padahal menurut Ketua KPI, Agung Suprio, karya anak bangsa tidak kalah kualitasnya jika harus bersaing.
Menurutnya Korea Selatan adalah salah satu negara yang berhasil. Tayangan dari negara tersebut dinilai tidak cuma mampu menjadi idola di beberapa negara, tapi bahkan bisa mendatangkan warga dari negara lain untuk berkunjung.
Agung Suprio juga menyebut Upin dan Ipin sebagai propaganda Malaysia. Upin-Ipin bisa mengenalkan Malaysia atau citra Malaysia kepada dunia luar yang multikultural, sopan, ramah dan religius
Menambah Konten Anak
Sebagaimana dikutip dari Antara, Agung menyebut alasan televisi Indonesia lebih memilih untuk menayangkan daripada membuat, sebab ada biaya mahal untuk produksi sebuah animasi.
Baca juga : Ancaman Lost Generation, Psikolog Sosial : Diantisipasi Dengan Tetap Buat Kebiasaan Baik!
“Jadi stasiun televisi memilih beli. Tinggal tayang dengan kasih teks terjemahan dan alih suara,” ungkapnya.
Sebelumnya KPI juga mendorong manajemen media penyiaran televisi menambah konten untuk anak-anak agar karakter para penerus bangsa lebih terbentuk dan tidak tergerus oleh siaran yang belum tepat bagi mereka. Secara umum siaran-siaran untuk anak-anak belum memenuhi kata cukup sehingga anak-anak kekurangan tayangan yang cocok untuk umur mereka.
Jika anak-anak menonton siaran yang tidak pantas untuknya, akan berdampak pada perilakunya. Misalnya, seperti menonton gosip pada pagi hari, akan berdampak pada perilakunya ketika sudah besar.
Baca juga : UMKM dan Pasar Tradisional Go Digital, Disdag Kota Solo: Penjual dan Pembeli Harus Gayung Bersambut
Opini Sobat Solopos
Sobat Solopos dalam program Dinamika, Senin (13/09/2021), mayoritas mengakui jika tayangan televisi nasional belum berkualitas.
Berikut sejumlah opini Sobat Solopos:
“Bagi saya nonton tayangan TV Indonesia itu unfaedah dan wasting time banget. Lebih asyik stay tune di Soloposfm,” ungkap Ningsih.
“Saya kalau siang ngga pernah nonton TV karena rata-rata nggak berbobot. Kalau malam masih liat sinetron untuk hiburan. Wajar sih kalau lebih suka tayangan asing, karena kalau bahas tayangan lokal sungguh menyedihkan,” tulis Dewi.
“Wwajar kalau stasiun TV berpikir ulang untuk produksi tayangan jika belum ada jaminan akan menguntungkan. Karena mereka juga jelas komersil harus ada pendapatan. Jadilah dengan instan beli tayangan asing yang sudah jelas banyak peminatnya,” papar Ali.
“Saya menilai tayangan dalam negeri belum berkualitas kebanyakan mengajari pemirsanya tidak baik seperti sinetron. Hendaknya perbanyak pertunjukan yang bisa mengedukasi masyarakat seperti jejak petualang. Saya dan istri lebih suka nonton tayangan luar bahkan drakor Korea selalu ditunggu sama istri, atau tayangan luar negeri yang banyak memberikan edukasi/wawasan/pengetahuan pemirsanya,” Priyanto.
[Diunggah oleh Avrilia Wahyuana]