SoloposFM- Bagi banyak pekerja, sudah menjadi hal yang lumrah untuk menghabiskan banyak waktu di kantor. Seringkali, ada beberapa dari pekerja bahkan yang rela mengambil lembur demi bisa menyelesaikan pekerjaan yang ada. Lain negara, lain pula budayanya, seperti budaya para pekerja di Negara Spanyol. Mereka bisa menikmati waktu bersama keluarga lebih lama karena waktu kerja yang singkat. Hal ini tentu saja berpotensi menimbukan iri para pekerja di negara lain.
Ketika berkunjung ke Spanyol, jangan heran jika banyak toko yang mendadak tutup di siang hari. Jalan-jalan menjadi sepi dan semua orang berada di dalam rumah. “Kehidupan” baru akan dimulai kembali pada pukul 4 sore. Siklus unik ini disebabkan oleh tradisi bernama siesta yang berarti tidur siang. Meski telah berusia berabad-abad, siesta tetap tidak ditinggalkan oleh orang Spanyol. Penyebabnya antara lain faktor geografis berupa udara yang panas dan porsi makan siang yang besar. Kedua faktor tersebut kemudian menyebabkan post-lunch drowsiness atau gejala mengantuk setelah makan siang.
Hingga saat ini, radisi siesta tetap bertahan karena pada dasarnya siesta adalah waktu istirahat untuk para pekerja. Mereka dipersilakan pulang ke rumah dan menyantap makan siang bersama keluarga atau teman-teman. Setelah siesta berakhir, semua orang dapat kembali beraktivitas. Total waktu produktif dengan siesta lebih panjang daripada bekerja non-stop dari pukul 8 pagi hingga 5 sore, sehingga kebanyakan kegiatan usaha di Spanyol masih menerapkan konsep ini. Selain itu, sinar ultra-violet berada di puncaknya ketika jam siesta berlangsung. Bahaya jika memaksakan diri untuk beraktivitas di luar pun tidak main-main. Ada resiko kulit terbakar, dehidrasi, hyperthermia, hingga kanker kulit.
[Nabila Ikrima]