Radio Solopos – Awal tahun 2008, terlahir sebuah band yang kini menjadi salah satu ikon musik rock di Indonesia, Soloensis. Perjalanan karir Soloensis hingga dikenal di blantika musik rock Indonesia ini, diulas dalam program on air Radio Solopos, Diskografi edisi Sabtu (11/11/2023).
Soloensis dibentuk oleh dua kakak beradik, Pungkas dan Gema Isyak Adam, saat keduanya masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Dengan semangat dan ketertarikan pada musik, mereka memutuskan untuk membentuk band dan memulai perjalanan mereka di dunia musik.
Awalnya, formasi Soloensis terdiri dari empat personil dengan usia sebaya atau tingkat SMA pada masanya. Meskipun mengalami pergantian personil, terutama pada bassist dan drummer, kini mereka memiliki formasi tetap yang terdiri dari Gema Isyak Adam (Voc, Guitar), Pungkas Pinundi (Voc, Guitar), Galang Dick Biondi (Drum), dan Janu Joni (Bass). Galang sendiri adalah saudara sepupu dari Isyak dan Pungkas.
Perjalanan awal Soloensis dimulai dengan meng-cover lagu-lagu dari band seperti AC/DC, Motorhead, dan Led Zeppelin. Dari situlah mereka belajar dan memahami musik, memilih aliran Rock Blues sebagai identitas musik mereka. Setelah cukup lama meng-cover lagu milik band lain, Soloensis akhirnya memutuskan untuk memproduksi lagu-lagu mereka sendiri.
Album perdana mereka, “Self Titled,” dirilis enam tahun setelah band terbentuk. Meskipun mendapat sambutan hangat, Gema mengakui bahwa album pertama ini masih meninggalkan keinginan untuk mencapai kesempurnaan. Hal ini mendorong mereka untuk fokus pada album kedua, “Berlapis” yang dirilis pada akhir Februari 2020.
“Berlapis” membawa perubahan signifikan, baik dari segi lirik maupun musikalitas. Dalam album ini, Soloensis beralih dari penggunaan bahasa Inggris ke bahasa Indonesia dan terbuka terhadap berbagai pengaruh musik, termasuk rock kiwari dan band-band seperti Arctic Monkeys, The Strokes, dan Tame Impala.
Keberhasilan Soloensis tidak hanya terbatas di Soloraya, melainkan juga merambah ke Jakarta dan panggung-panggung nasional. Mereka tampil di berbagai acara dan festival, seperti Thursday Noise, Archipelago Festival, dan Synchronize Festival, membuktikan bahwa Soloensis memiliki daya tarik yang luas.
Dalam proses kreatifnya, Soloensis menggabungkan dua tahap, di mana Gema menghandle penulisan lirik dan tema lagu, sementara proses aransemen musik dilakukan secara kolektif. Ini membuka ruang untuk kreasi yang beragam dan memberikan sentuhan unik pada karya-karya mereka.
Hingga update terkini pada tahun 2023, Soloensis masih tetap eksis dan produktif. Mereka baru saja merilis single terbaru berjudul “Gelandangan Kelas” pada Oktober 2023, merespon dahaga pendengar setelah rilis terakhir pada tahun 2021. Kehadiran mereka di industri musik Indonesia, terutama dalam mengusung nuansa rock, memberikan kontribusi yang tidak terbantahkan terhadap keberlanjutan musik rock di tanah air.
Jika Sobat Solopos ingin lebih mendalami karya-karya Soloensis, silakan kunjungi channel YouTube dan platform musik favorit Sobat Solopos. Soloensis merupakan bukti bahwa semangat dan dedikasi terhadap musik dapat membawa sebuah band melewati perjalanan panjang dan tetap relevan di tengah perubahan zaman. Soloensis, sebuah nama yang tidak hanya dikenal di Solo, tetapi juga mengukir jejaknya dalam sejarah musik rock Indonesia.