SoloposFM – Diskografi Solopos FM edisi Sabtu (15/09) akan mengajak Anda untuk mengulas perjalanan karir grup band Payung Teduh. Payung Teduh adalah salah satu band alternatif Indonesia yang beraliran fusi antara Folk, Keroncong dan Jazz atau lebih dikenal dengan Musik Indie. Band Payung Teduh ini lahir dari dua orang sahabat, yaitu Mohammad Istiqamah Djamad atau yang akrab dengan panggilan Is dan Comi Aziz Kariko sejak tahun 2007. Keduanya sering bermain di selasar kantin Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Indonesia (UI).
Selain sering nongkrong bareng, keduanya juga merupakan anggota Teater Pagupon, kelompok teater yang sudah berdiri selama 33 tahun di Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Karena dikenal punya karakter bermusik yang kuat, mereka berdua pun sering diundang untuk bermain di berbagai event luar kampus, dan berhasil mem-blending ikatan musik mereka.
Menyadari bahwa keduanya harus lebih mengeksplorasi musik serta mengembangkan performa panggung, akhirnya pada tahun 2008 Is dan Comi mengajak Alejandro Saksakame atau Cito untuk mengisi posisi sebagai drummer. Pada tahun 2010, formasi Payung semakin lengkap ketika Ivan Penwyn bergabung sebagai pemain gitarlele.
Lagu ‘Angin Pujaan Hujan’ jadi lagu pertama yang menegaskan eksistensi Payung Teduh. Dua tahun kemudian, mereka merilis album bertajuk ‘Dunia Batas’. Sadar dengan dunia yang makin berkembang, mereka menggunakan sosial media seperti Youtube dan Facebook untuk mempromosikan karya.
Sebagai newbie, Payung Teduh langsung ditahbiskan sebagai musisi yang kembali membawa warna musik pada masa Ismail Marzuki. Soalnya, mereka berhasil menciptakan lirik unik yang mengiringi genre keroncong dan jazz.
Tidak heran kalau Payung Teduh disebut-sebut mampu menyegarkan industri musik Indonesia. Hasilnya, ‘Dunia Batas’ berhasil meraih predikat sebagai Album Terbaik pilihan versi Tempo pada tahun 2012, sekaligus Grup Pendatang Baru Terbaik versi majalah musik Rolling Stone Indonesia.
‘Resah’, single kedua yang ada dalam album ‘Dunia Batas’ mulai menaikkan perhatian publik. Selain warna musiknya yang mengalun sendu dan unik, lirik dalam Resah juga nggak luput dari perhatian pendengar karena dinilai punya kisah mistis dibaliknya.
Ternyata, lagu Resah ditulis Comi untuk menceritakan sosok kawannya yang meninggal gantung diri namun ingin menyampaikan perasaannya pada sang kekasih. Sebelum meninggal, kawannya menuliskan puisi cinta yang menjadi cikal bakal dari lagu Resah. Ya, mendengar lagu ini emang bikin merinding, bukan?
Tepat 10 tahun mereka berkarya di industri musik Tanah Air, Payung Teduh menciptakan sebuah single berjudul ‘Akad’ di awal tahun 2017. Saat awal mendengarkan lagu ini, para penggemar Payung Teduh tentu setuju jika mereka meninggalkan ciri khas musik mereka yang teduh dan syahdu. Dalam lagu ini, alunan musiknya masih dalam balutan jazz, namun cenderung lebih upbeat, dibandingkan lagu-lagu terdahulunya. Payung Teduh sempat mendapatkan cemoohan dari masyarakat atas lagu ‘Akad’ tersebut. Orang-orang mengatakan bahwa mereka tidak konsisten terhadap musik yang mereka bawakan.
Namun seperti kata pepatah, Badai Pasti Berlalu, itu juga yang mereka rasakan. ‘Akad’ ternyata menjadi sebuah lagu yang paling sukses di tahun 2017. Hingga saat ini, video klip Akad telah ditonton oleh lebih dari 45 juta orang di Youtube. Lagu tersebut pun diputar dimana-mana, di radio, televisi, pusat perbelanjaan, restoran, dan masih banyak lagi. Bahkan, ratusan orang meng-cover lagu ini dan mengunggahnya di media sosial. Fenomena lagu ‘Akad’ memang betul-betul luar biasa. Melalui lagu ini pula, Payung Teduh semakin dikenal dan diterima oleh masyarakat luas. Mereka bukan lagi band dari bangku kantin kampus yang dianggap sebelah mata.
Di tahun yang sama, Payung Teduh juga merilis album ‘Live and Loud’. Album ini adalah gubahan dari lagu-lagu di ‘Dunia Batas’ yang dibawakan secara live. Makin unik karena jajaran lagu dalam album ini seolah mampu membawa pendengar pada konser Payung Teduh yang terasa sendu dan hangat.
Kepopuleran ‘Akad’ diiringi oleh beberapa kabar mengejutkan. Pertama adalah tuntutan Kaori Okado, sosok wanita yang digambarkan sebagai supir taksi yang meninggal. Sebab, ternyata Payung Teduh belum mengantongi izin Kaori ketika menggunakan fotonya.
Setelah mengganti video dan mengunggah ulang, masalah masih belum selesai. Saking populernya, banyak musisi lain yang meng-cover lagu ‘Akad’ hingga mendapatkan keuntungan yang cukup besar dari hal tersebut. Alhasil, Is pun harus mengunggah video yang intinya memohon pada semua orang yang akan meng-cover untuk terlebih dulu meminta izin sebelum meng-cover lagunya.
Di saat popularitas-nya tengah meroket, Payung Teduh malah diterpa sebuah masalah serius. Dua personel mereka, Is dan Comi memutuskan untuk hengkang dari band yang telah mereka bentuk sejak 2013 silam itu. Alasan Is sang vokalis untuk keluar adalah karena perbedaan visi dengan personel lainnya.
Saat ini Payung Teduh menyisakan 2 member saja, yakni Ivan dan Cito. Meski seperti kehilangan ‘soul’-nya, tapi mereka berdua memutuskan untuk tetap jalan dengan member yang ada. Bahkan hingga saat ini masih belum ada wacana untuk merekrut anggota baru. Namun, bukan berarti Payung Teduh berhenti berkarya.
Bulan Juni lalu mereka mengeluarkan sebuah single berjudul ‘Diam’ yang merupakan salah satu lagu yang dibawakan Payung Teduh pada sebuah pementasan Teater Pagupon bertajuk Dedes beberapa waktu lalu. Selain masih dengan ciri khas musiknya, ‘Diam’ juga lebih kental dengan nada keroncongnya.
Ada hal lain yang menarik dalam ‘Diam’. Pengisi suara dalam lagu ini bukan lagi Is maupun personel lain Payung Teduh. Suara lembut yang menghiasi lagu terbarunya ini berasal dari sosok seorang perempuan bernama Citra Nur Hasanah, yang merupakan salah satu penyanyi dari Teater Pagupon.
[Mita Kusuma]