Sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan oleh pemerintah, Ujian Nasional (UN) 2016 baik siswa SMA/SMK sederajat, digelar mulai Senin kemarin sampai Kamis mendatang. Sama dengan tahun 2015 lalu, UN tahun ini diadakan menggunakan dua system. Sebagian sekolah ada yang menggunakan system Paper Based Test (UNPBT) atau menggunakan kertas manual dan sebagian sekolah lagi menggelarnya dengan UNBK atau UN Basis Komputer.
Yang menarik dari UN 2016 adalah sekolah-sekolah yang melaksanakan UNBK mengalami peningkatan drastis dibanding tahun lalu. Bahkan kenaikannya mencapai 900 persen. Hal ini menjadi kabar baik, mengingat beberapa kelebihan dari system UNBK ini, diantaranya minimnya kemungkinan soal yang terlambat datang, tertukar dan ketidakjelasan hasil cetak soal. Proses pengumpulan dan penilaian juga jauh lebih mudah, sehingga hasil ujian nasional dapat diumumkan lebih cepat. Selain itu, UNBK mendorong terwujudnya efektifitas, efisiensi dan transparansi penyelenggaraan UN.
Salah satu temuan yang menarik dari hasil evaluasi pelaksanaan UN 2015 lalu, adalah tingkat kecurangan pada pelaksanaan UNBK adalah nol, sementara tingkat kecurangan yang bervariasi ditemukan pada pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Pensil dan Kertas. Seperti kata Mendikbud Anies Baswedan, bahwa yang dibicarakan tentang UN saat ini adalah kejujuran dan bukan kelulusan. Prestasi memang penting, tapi kejujuran adalah yang utama. Oleh karena itu sejak tahun 2015 lalu, selain mengukur pencapaian akademik, UN juga untuk mengetahui tingkat kejujuran ujian dengan hasil Indeks Integritas Ujian Nasional atau IIUN untuk setiap sekolah. Ini sejalan dengan gerakan revolusi mental yang dicanangkan Presiden Joko Widodo.
Sayangnya, dalam perbandingan nilai akademik ujian nasional dengan IIUN didapatkan bahwa masih banyak sekolah di Indonesia yang memiliki indeks integritas rendah meski rata-rata capaian nilai ujian nasionalnya tinggi. Padahal idealnya, baik capaian nilai ujian nasional maupun indeks integritas suatu satuan pendidikan harus sama tinggi. Seharusya, melalui pendidikan lah nilai-nilai kejujuran, integritas dan budi pekerti ditanamkan. Kita tentu berharap sekolah tidak sekedar menjadi tempat ‘transfer ilmu’, tapi juga bisa menjadi tempat pembentukan mental dan karakter anak-anak bangsa.
Karena kepintaran dan prestasi tanpa dibarengi dengan nilai-nilai kejujuran dan budi pekerti hanya akan mencetak ‘generasi robot’ dan korup.