SoloposFM, Provinsi Jawa Tengah tercatat penambahan kasus harian Covid-19 tertinggi di Indonesia pada Minggu (29/11/2020). Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, penambahan kasus di Jawa Tengah sebanyak 2.036 orang.
Terkait peningkatan kasus Covid-19 di Jateng, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan, hal tersebut terjadi karena Pemprov Jateng gencar melakukan tes Covid-19 hingga melebihi target yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Pilihan Responden
Sejumlah pihak menyoroti peningkatan kasus Jateng ini. Bahkan tak sedikit yang meminta Ganjar melakukan tindakan tegas, bahkan mempertimbangkan diberlakukannya Pembatasan sosial berskala Besar (PSBB).
Namun, mayoritas masyarakat menyatakan tidak setuju dengan PSBB. Hal ini tyerlihat dari hasil polling dalam program Dinamika 103 Solopos FM, Rabu (02/12/2020). Dinamika 103, Rabu 2 Desember 2020. Sebanyak 85% pendengar yang berinteraksi menyatakan tidak setuju dengan PSBB, sedangan 15% menyatakan setuju.
Berikut sejumlah komentar mereka:
“Kurang setuju. Soalnya roda ekonomi harus terus berputar. Harus tetap berprofesi. Terapkan saja AKB, kami rasa cukup,“ ungkap Julya.
“Kurang setuju. Hubunganya dengan biaya hidup. Trus saya dapat dari mana? Gini aja kita kesulitan mencukupi biaya hidup, apa lagi PSBB. Bisa ruwet,” tulis Pak Sulung di Kebakkramat.
“Saya tidak setuju Mbak. Kalau mau lockdown ya, nasional saja. Karena menurut saya selama ini yg tidak tegas justru dari pemerintah pusat. Mohon maaf dan terimakasih. Sdh capai Mbak,” jelas Bu Nur Syamsiah.
“Saya tidak setuju, kasihan dg para pelaku bisnis baik yg kecil, menengah maupun besar yg mengakibatkan perekonomian jadi macet dan menimbulkan kemiskinan yg semakin besar,” papar Priyanto.
“Kurang setuju, cukup didisiplinkan prokes da penegakkan hukumnya . Dan campaign yang masif dari semua pihak,” ungkap Mas Ucok
Sedangkan komentar setuju diungkapkan antara lain :
“Setuju Banget.. Karena Jateng sekarang Red Zone_nya makin Paraaah.. Ngeri… Udah menyaingi DKI Jakarta. Solo katanya Zona Orange ya Kak?,” ungkap Hanny Syifa.
Pendapat Akademisi
Dalam kesempatan tersebut, Dr. Tonang Dwi Ardyanto Sp.PK., Ph.D, Juru bicara Gugus Tugas COVID-19 RS UNS mengungkapkan sejak Pekan kedua November memang dilakukan peningkatan kapasitas test, sehingga wajar jika terjadi lonjakan kasus.
“Meskipun ada kenaikan test, akan ada titik dimana kasus akan turun. Namun kala terjadi peningkatan lagi, juga dipengaruhi efek mobiltas warga yang makin tinggi. Seperti pada awal November sempat terjadi penurunan kasus kala test dimasifkan, namun seminggu kemudian naik lagi,” ungkap Tonang.
Lebih lanjut Tonang menjelaskan, kedisiplinan masyarakat dalam memakai masker secara benar dan cuci tangan dengan air mengalir dan sabun secara teratur, menjadi kunci dari penurunan kasus.
“Dua dari 3 M tersebut harus dilakukan dengan disiplin. Baru setelah itu jaga jarak dan menghindari kerumunan. Jika ini dijalankan dengan baikd engan eksadaran tipa orang, saya yakin pandemi akan teratasi, “ ungkap Tonang.
Terkait pro kontra PSBB, Tonang mengakui jika PSBB akan diterapkan maka harus dilakukan dengan serius dan ketat.
“Jika PSBB maka harus beneran, ketat betul. Tidak boleh kemana-mana. Jika tidak bisa dilakukan tingkat kota, minimal dari rumah saja, di tempat pasien positif melakukan karantina mandiri. Ini butuh kerjasama baik antar warga dan pemerintah, untuk memenuhi semua kebutuhannya. Namun jika tidak PSBB, disiplin protocol saja sudah cukup. Intinya Jangan jadi orang yang ketularan atau menulari. Kita jalankan 3 M dengan baik,” pungkas Tonang,
[Diunggah oleh Avrilia Wahyuana]