SoloposFM, Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Solo memberlakukan contraflow untuk jalur Batik Solo Trans (BST) di sepanjang Jalan Slamet Riyadi. Contraflow BTS itu akan dimulai titik awal Gladak-Gendengan (Jalan Slamet Riyadi). Dimana akan menggunakan satu lajur sisi paling selatan. Tepatnya sisi utaranya jalur rel kereta api.
Pada pekan lalu Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Solo bakal menguji coba bus Batik Solo Trans atau BST Koridor 1 atau jalur contra flow Jl Slamet Riyadi. Sebanyak 20 unit dari total 27 unit bakal mulai mengaspal melewati rute Terminal Palur hingga Bandara Adi Soemarmo. Lintasannya meliputi Jl Kolonel Sutarto, Jl Urip Sumoharjo, Jl Jenderal Sudirman, Jl Slamet Riyadi dan seterusnya sampai bandara.
Hari Prihatno, Kepala Dinas Perhubungan Solo, dalam Dinamika 103 Solopos FM, Senin (28/12/2020), mengatakan rute koridor 1 kali ini berbeda dengan yang sebelumnya. Pembedanya adalah melintasi Jl Slamet Riyadi secara contra flow. Sebelum memakai jalur contra flow rute bus BST Solo Koridor 1 adalah Jl Mayor Sunaryo, Jl Kapten Mulyadi, Jl Veteran, Jl dr Rajiman, Jl dr Wahidin, sampai persimpangan Gendengan.
Buy The Service
Sebelumnya, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menjalin kerja sama dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Solo guna menyediakan layananan transportasi bersubsidi yang aman dan nyaman.
Melalui program buy the service, masyarakat yang berkunjung ke Kota Bengawan dapat memanfaatkan moda transportasi Batik Solo Trans (BST) secara gratis hingga akhir tahun ini. Untuk mematangkan layanan tersebut, Dishub telah mempersiapkan sarpras pendukung. Di antaranya rekayasa lalu lintas berupa contraflow.
Baca juga :
Pendengar Solopos FM Setuju Tidak Mudik Saat Natal. Apa Alasannya?
Masa Sosialisasi
Hari Prihatno, Kepala Dinas Perhubungan Solo mengungkapkan contra flow BST Solo hanya sampai jam 21.00 WIB, sesuai jam operasional BST. Soaisliasasi dilakukan secara massif oleh petugas, meletakkan rambu, water barrier, hingga pengecatan marka.
“Memang ada penyempitan jalan. Apalagi bagi masyarakat yang sudah terbiasa dengan lebarnya jalan Slamet riyadi. Untuk pelayanan transportasi memang harus ada yang mengalah, namun contra flow ini kan hanya dari Gladak sampai Gendengan saja,” papar Hari.
Lebih lanjut Hari mengungkapkan, tujuan contra flow BST ini, selain membuat masyarakat beralih dari kendaraan umum ke kendaraan pribadi, juga agar kegiatan usaha di sisi Selatan jalan tersebut lebih hidup.
“Transportasi massal harus dijalankan dan didukung agar masyarkat bisa beralih ke kendaraan umum. Semoga masyarakat bisa menafaatkannya secara maksimal, jelas Hari.
Opini Pendengar Solopos FM
Sementara itu, pendengar Dinamika 103 Solopos FM, Senin (28/12/2020), hampir semua mendukung penerapan contra flow BST di jalan Slamet Riyadi. Namun taks edikit dari mereka masih bingung.
Berikut sejumlah opini mereka :
“Menurut saya untuk keamanan kontra flow sebaiknya hanya sementara. Jam operasional kalau bisa sampai jam 22.00,“ ungkat Thea.
“Bangga sebagai masyarakat Solo karena dimudahkan untuk menggunakan moda transportasi umum. Saya setuju karena tujuannya menarik orang untuk mengunakan kendaraan umum, dan mendorong orang untuk beralih ke angkutan umum,” tulis Agung Yos.
“Contra flow jalan Slamet Riyadi buat saya nggak jadi masalah, hanya saya perlu hati-hati saat keluar dari tempat parkir Sami luwes Slamet Riyadi yang langsung berhadapan dengan contra flow apalagi dekat dengan trafigt light. Yang sering melanggar pengemudi motor saat mau belok ke arah Sriwedari. Selain itu jl.Slamet Riyadi menjadi menyempit dan saat mau melintas gentengan harus sabar,” papar Priyanto.
“Setuju saja. Tapi alangkah baiknya diberi traficlight sendiri supaya tidak bentrok dengan kendaraan yang akan belok ke kanan, misal mobil mau belok ke arah Nonongan,” tulis Bimo.
[Diunggah oleh Avrilia Wahyuana]