SoloposFM, Pasar tradisional di Indonesia menjadi salah satu lokasi penyebaran virus corona, karena kebanyakan pedagang dan pembeli tidak mematuhi protokol kesehatan. Masih mungkinkah menerapkan hal ini di pasar-pasar tradisional untuk mencegah perebakan lebih lanjut?
Di Solo, Pemerintah Kota (Pemkot) Solo mendorong pedagang untuk pemasangan penyekat secara swadaya. Petugas Pasar Nusukan mulai memasang sekat plastik.
Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Solo, Heru Sunardi, menjelaskan pedagang tidak harus menunggu anggaran atau kemampuan pemerintah daerah untuk memasang plastik penyekat. Pemasangan plastik dibutuhkan segera untuk meminimalkan penyebaran Covid-19.
Pemasangan Sekat Antar Pedagang
Menurut Heru, anggaran yang telah direkapitulasi untuk memasang sekat lapak pasar tradisional dan juga sarana cuci tangan permanen. Pembangunan secara cuci tangan akan dilakukan di pasar tradisional yang memiliki tingkat keramaian tinggi.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mengeluarkan hasil survei yang mencatat 573 pedagang terinfeksi virus corona. Ini tidak lepas dari sejumlah pasar yang menjadi klaster baru perebakan virus corona. Penularan terjadi karena minimnya penerapan protokol kesehatan, karena minimnya pemahaman dan pengetahuan pedagang terhadap bahaya virus corona.
Kementerian Perdagangan mencatat ada lebih dari 13 ribu pasar tradisional di seluruh Indonesia, yang menampung lebih dari 12 juta pedagang. Kampanye memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak, menjadi cara untuk mencegah penularan virus corona.
Baca juga :
Operasi Yustisi Pelanggar Protokol Kesehatan Dinilai Tidak Efektif. Ini Alasan Pendengar Solopos FM
Heru Sunardi, Kepala Dinas Perdagangan Kota Solo, mengungkapkan pihaknya terus mensosialisasikan protokol kesehatan kepada pedagang dan pembeli. Aturan terus diketatkan hingga jam buka dan tutup pasar.
“Kesadaran para pedagang seperti menddiik anak sekolah. Perlu proses karena sebelumnya masyarakat terbiasa tidak pakai masker. Tantangan di pasar tradisional adalah jaga jaraknya. Banyak pembeli berjubel karena tidak sabaran. Kesadaran harus dibangun antar pedagang dan pembeli,” papar Heru dalam Dinamika 103 Solopos FM, Senin (18/01/2021).
Lebih lanjut Heru menjelaskan, sekat plastik antar pedagang sudah diujicobakan di Pasar Gede, Pasar Tanggul, Pasar Nusukan, Pasar Rejosari dan Pasar Jebres, untuk pasar lainnya akan dilakukan bertahap. Heru juga member lampu hijau pagi pedagang yang akan membuat sekat secara mandiri, asalkan sesuai contoh yang ada dari Pemkot.
“Kesadaran ini yang harus kita bangun. Akan ada sanksi jika ada kerumunan dan tidak pakai masker. Jangan dijadikan alat pembenaran dengan alasan perut lalu mengabaikan protokol kesehatan. Apalagi, angka kasus hingga saat ini belum juga turun,” ungkap Heru lebih lanjut.
Opini pendengar Solopos FM
Sementara itu, mayoritas pendengar Dinamika 103 Solopos FM, Senin (18/01/2021), menyatakan pemasangan sekat antar pedagang pasar tradisional tak akan efektif mengurangi penambahan kasus Covid-19. Sebanyak 80% pendengar menyatakan tidak efektif sedangkan sisanya menyatakan efektif.
Berikut sejumlah opini mereka :
“Di pasar Gede cuma yang tengah depan yang ada sekatnya. Saya selalu lewat seberang bank BCA, yang masuk ke Dawet Bu Dermi, di daerah sana tidak ada sekatnya. Dan yang adapun tidak efektif karena pedagang jarang cuci tangan. Memegang barang, uang, memberikan ke pelanggan, tetap bisa ada transmisi. Dan saat mereka keluar dari pasar, mereka berkegiatan tidak menuruti pro-kes. Bisa saja transmisi nya tidak ke pelanggan pasar kan?” ungkap Liona.
“Tanggapan saya tentang penyekat berbahan plastik, kalau membuat dan memulai itu adalah mudah. Yang amat sulit adalah memelihara dan merawatnya,” ungkap Sulistyo.
“Kurang efektif. Mendingan dibikin ganjil genap,” papar Sulung di Kebakkramat.
“Tidak efektif!. Kemarin saya ke pasar kadipolo masih belum ada penyekatan, bahkan banyak yang tidak jualan/libur, jadi suasana pasar sepi,” ungkap Priyanto.
“Kalau bagi saya tidak efektif. Karena tidak bisa pilih barang yang mau kita inginkan,” tulis Yanto.
[Diunggah oleh Avrilia Wahyuana]