SoloposFM, Hampir semua sektor ekonomi terdampak pandemi Covid-19 yang sudah berjalan 10 bulan. Di Solo dan sekitarnya sektor-sektor yang terdampak di antaranya transportasi, pariwisata, industri pengolahan, dan perdagangan.
Bersamaan dengan program vaksinasi Covid-19, tahun 2021 bisa menjadi momentum kebangkitan ekonomi Solo. Sektor yang berpotensi tumbuh eksponensial pada tahun pemulihan 2021 dibahas dalam FGD Virtual “Outlook Ekonomi Solo 2021: Saatnya Bangkit!”, Senin (18/01/2021). Dalam kesempatan ini juga dikupas bagaimana aktivitas bisnis di Solo pada 2021.
Tema ini dikupas bersama narasumber, Iwan Kurniawan Lukminto (Ketua Apindo Solo), Gibran Rakabuming Raka (Calon Walikota Solo Terpilih), Dr. Mulyanto, M.E. (Pengamat Ekonomi FEB UNS) dan Nugroho Joko Prastowo (Kepala Perwakilan Bank Indonesia Solo) bersama Moderator Suwarmin (Direktur Bisnis Solopos Group).
Manufaktur Dan Konsumen Menengah Atas Menahan Konsumsi
Nugroho Joko Prastowo, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Solo, mengungkapkan akivitas ekonomi berdampak pada pertumbuhan ekonomi karena Covid-19. Ada pembatasan karena pandemi jelas membuat ekonomi menurun.
Ke depan, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan meningkat didorong oleh membaiknya perekonomian global serta akselerasi realisasi anggaran Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, kemajuan dalam program restrukturisasi kredit, serta berlanjutnya stimulus moneter dan makroprudensial Bank Indonesia. Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mulai positif pada triwulan IV-2020 dan diperkirakan mencapai 4,8-5,8% pada tahun 2021 (Sumber: PTBI Nasional 2020).
“Pendorong optimsimenya adalah adanya vaksinasi. Harus yakin nasional bisa pulih dan percaya diri ekonomi soloraya akan lebih tinggi. Kuncinya, manufaktur paling tinggi, perdagangan, pertanian, dan konstruksi. Memang industri pengolahan manufaktur jadi kunci. Apalagi angkanya diatas nasional, yaitu lebih dari 29% lebih tinggi,” papar Joko.
Joko juga menyoroti perilaku konsumen menengah atas yang masih menahan konsumsi. Mereka meningkatkan simpanan di bank dalam bentuk tabungan, bukan deposito.
“Jadi itu jelas menahan untuk konsumsi. Misalkan tidak beli seragam sekolah akrena masih sekolah dari rumah. Tidak servis mobil karena tidak kmana-mana. Optimis mereka akan membelanjakan uangnya jika kondisi sudah mendukung. Misalkan pergerakan masyarakat sudah lebih longgar. Sementara untuk konsumen menengah ke bawah tabungannya berkurang tapi di support bansos pemerintah,” kelas Joko lebih lanjut.
Inovasi Perusahanan Sesuai Kebutuhan Pasar
Dalam FGD tersebut, Iwan Kurniawan Lukminto, Ketua Apindo Solo mengungkapkan pandemi menuntut perusahaan melakukan inovasi sesuai kebutuhan pasar. Agar bertahan, perusahaan harus lincah dalam strategi bisnisnya.
“Inovasi Sritex misalnya. Ganti produksi masker dan APD/hazmat. Kami sudah memproduksi sekitar 50-60 juta masker selama masa pandemi. Dengan produksi 1 juta masker tiap hari serta produksi 3 juta APD per hari,” ungkap Wawan.
Saat krusial seperti pandemi, menurut Wawan, dibutuhkan keberanian dan inovasi material.
“Beruntung Sritex memiliki material dan produksi sendiri, tidak bergantung orang lain. Tapi kami harus banting stir, ubah startegi bisns menyesuaikan permintaan masyarakat,” ungkapnya lebih lanjut.
Saat ini peraturan dari pemerintah menurutnya, sudah memihak pelaku instri tekstil. Aturan pengahlang ekspor dusah dilonggarkan sehingga hal ini harusnya bisa dimanfaatkan pengusaha tekstil untuk meningkatkan ekspornya.
Pemulihan Ekonomi Nasional
Dr. Mulyanto, M.E., Pengamat Ekonomi FEB UNS menyatakan 2021 sudah ada program pemulihan ekonomi nasional. Untuk itu setiap kabupaten/kota harus mengaloaksikan anggarannya untuk itu.
“PR besar untuk Solo, diantaranya menjaring kerjasama dengan pihak lain di Soloraya. Misalnya saja Solo tidak ada lahan pertanian, tentu harus menjalin kerjasama dengan pihak lain agar ketersediaan pangan tercukupi,” ungkap Mulyanto.
Keberlangsungan Solo Sebagai Kota Budaya Modern
Gibran Rakabuming Raka, Calon Walikota Solo Terpilih, dalam kesempatan ini mengakui bahwa priorotas pada awal pemerintahannya adalah percepatan pemulihan ekonomi pasca Pandemi. Hal yang tak kalah penting adalah keberlangsungan kota Solo sebagai kota budaya yang modern, diantara masalah lain seperti sampah dan kemacetan.
“Harus ada gerak bersama pemerintahan dan warganya untuk membuat kekebalan bersama, agar pandemi segera berlalu. Selain itu, perlu juga ada kebijakan yang kompak di Soloraya. Misalkan larangan anak kecil dan ibu hamil masuk mall, Solo dibatasi, tapi daerah lain tidak. Akibatnya mereka akan lari ke wilayah yang longgar aturannya,” ungkap Gibran.
Selain itu, Gibran juga berkomitmen untuk menggerakkan pariwisata lokal. Hal ini menurutnya tidak hanya pariwisata Solo saja, tapi juga pariwisata Soloraya.
“Kita sudah memiliki tol, stasiun dan terminal yang bagus. Perlu dibangun convention hall dengan kapasitas diatas 10 ribu orang, untuk mendiring peningkatan MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition),” ungkap Gibran lebih lanjut.
[Diunggah oleh Avrilia Wahyuana]