SoloposFM, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah akan memperketat Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) melalui program Jateng di Rumah Saja pada 6-7 Februari 2021. Namun, seperti diungkapkan sejumlah pihak sebelumnya, program Jateng di Rumah Saja tidak membawa hasil maksimal.
Jateng di Rumah Saja merupakan instruksi Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Jateng di Rumah Saja tertuang dalam Surat Edaran Gubernur Jawa Tengah nomor 443.5/000/933. Ganjar menginisasi Jateng di Rumah Saja untuk mengendalikan penyebaran virus corona. Penularan virus corona di Jawa Tengah merupakan yang tertinggi ketiga di Indonesia.
Sayangnya, tidak semua pemerintah daerah di Jawa Tengah kompak mendukung Jateng di Rumah Saja. Pemkab Banjarnegara misalnya, memberikan kelonggaran. Di Solo, Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo mempersilakan sebagian besar pelaku usaha untuk tetap berjualan. PKL kuliner bisa beroperasi sesuai jam operasional masing-masing.
Baca juga : Jateng Dua Hari Di Rumah Saja, Kesiapan Pendengar Solopos FM Terbelah
Temuan Pelanggaran
Ahyani, Sekretaris Daerah kota Solo yang juga Ketua Satgas Covid-19 Kota Solo mengakui selama pemberlakuan program tersebut,s jeumlah pelanggaran masih ditemukan.
Sebanyak 49 pedagang dan empat orang pengunjung pasar menerima sanksi Satgas Penanganan Covid-19 pasar setempat. Hal ini dilakukan petugas yang melakukan pemantauan berkala terhada pelanggaran protokol kesehatan.
“Kami masih memperketat aturan di tempat hiburan, wisata, juga melrang interaksi rapat hingga kegiatan senam bersama. Kegiatan individu yang tidak ada interaksi boleh dilakukan, seperti bersepeda dan jogging sendirian,” papar Ahyani saat dihubungi Solopos FM.
Lebih lanjut Ahyani mengungkapkan, pelanggaran yang masih ditemukan diantaranya kerumunan di tempat jajanan, café dan juga wedangan.
Opini Pendengar Solopos FM
Sementara itu, dalam program Dinamika 103 edisi Senin (07/02/2021), seluruh pendengar Solopos FM mengungkapkan jika program Jateng di Rumah Saja tidak efektif.
Berikut sejumlah opini mereka :
“Tidak efektif. Harusnya 1 minggu tapi selama 1 minggu masyarakat diberi sembako,” ungkap Anda di Danukusuman.
“TIDAK EFEKTIF. Kesannya ragu-ragu, setengah-setengah dan tidak tegas,” tulis Sulung di Kebakkramat.
“Hasil 2 hari dirumah saja sama sekali tidak efektif. Mohon pemerintah lebih hati-hati dalam penanganan menanggulangi Covid,” ungkap Tatik.
“Tidak efektif. Harusnya semua tertib siapa yang keluar rumah tericiduk seperti Nyepi di Bali patuh pada peraturan,” ungkap Endah di Banyuagung.
“Gerakan Jateng di rumah saja 2 hari, tidak efektif. Buktinya, masih banyak masyarakat abai,” tulis Sriyatmo.
“Penerapan saat ini saya kira kurang efekktif, karena anjuran yang tergesa-gesa. Seharusnya disosialisasikan jauh sebelumnya agar masyarakat bisa lebih faham dan sadar akan himbauan tsb. Gerakan ini sesungguhnya bagus sekali asal dilaksanakan secara kompak! Dua hari disemprot serentak itu akan membuahkan hasil/ paling tidak semua tempat kerumunan akan aman. Sekali lagi kompak akan membuahkan hasil, bila perlu sangsi yang jelas dan tegas,” papar Ahmad di Nayu
[Diunggah oleh Avrilia Wahyuana]