SoloposFM, Bidan memiliki peran yang sangat luar biasa dalam kehidupan seorang wanita. Memberikan edukasi mulai dari usia remaja putri, masa kehamilan hingga melahirkan. Pendampingan yang dilakukan bahkan tidak dari sisi kesehatan fisik saja tapi juga kesehatan mental agar para ibu hamil tetap bahagia dan tidak gelisah atau was-was saat menjalani masa-masa kehamilan, bahkan hingga memberikan ASI eksklusif pada buah hati.
Namun selama pandemi Covid-19, inovasi kegiatan seorang bidan sangat diperlukan. Hal ini kerena mereka tetap dituntut melakukan penyuluhan dan pendampingan kepada para ibu hamil. Tentunya kegiatan ini tetap dengan menerapkan protokol kesehatan. Mereka juga harus selalu waspada agar tidak terpapar ataupun menularkan Covid-19 kepada para ibu hamil,
Solopos FM bersama Tim P4GN (Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba) Karanganyar, mengupasnya dalam Serba Serbi Inspirasi di Bumi Intanpari. Diketahui, P4GN diketuai langsung oleh Wakil Bupati Karanganyar, Rober Christanto.
Baca juga : Lebaran di Rumah Saja, Ini Deretan 4 Game Paling Favorit Selama Liburan
Dalam program Serba-Serbi Inspirasi di Bumi Intanpari, Kamis (27/05/2021), secara khusus membahas tema “Bidan, Teman Ibu Di Masa Pandemi”. Hadir sebagai narasumber di studio Brian Sahar Afifah, SST, Pemuda Karanganyar yang berprofesi sebagai Bidan. Dia juga Co-founder, Mentor di Bidan Inisiator Indonesia, dan Founder Temani Ibu.
Baca juga : ShopeePay Talk Kobarkan Semangat Bisnis Anak Muda
Mengaku terinspirasi dari sang ibu yang bekerja di dunia medis yang dekat dengan bayi dan anak-anak, Brian memantapkan diri menjadi seorang bidan. Menurutnya bidan adalah teman terdekat dari ibu hamil. Keberadaan bidan mampu mengatasi masalah kehamilan, asalkan para ibu ini mengikuti pola hidup sehat.
“Disinilah tugas bidan. Kami memiliki soft skill bidang psikologi untuk mendampingi para ibu hamil. Bagaimana membuat para ibu tidak teriak-teriak saat melahirkan hinga melahirkan bayi secara normal. Asalkan tidak ada komplikasi dan posisi janin normal, bidan bisa menanganinya. Namun jika ada kondisi medis khusus, tentu kami serahkan ke spesialisnya,” papar mahasiswi magister kebidanan UGM ini.
Temani Ibu
Pengalaman Brian di pedalaman Kalimantan Tengah, menjadi bekalnya dalam usaha menemani para ibu hamil. Kondisi pelosok dengan sosial budaya yang sangat berbeda dengan Jawa, membuatnya tertempa dan mengetahui cara mensosialisasikan kesehatan kehamilan tanpa berbenturan dengan masyarakat setempat.
“DI daerah situ masih mengunakan jasa dukun beranak. Kami memulai pendekatan mulai dari mengikuti budaya setempat hingga melihat langsung cara kerja dukun beranak. Untungnya para kepala desa setempat sudah banyak yang sadar akan kesehatan dan keselamatan persalinan. Melalui merekalah kami melakukan sosialisasi pola hidup sehat tanpa mengurui,” paparnya
Sepulang dari Kalimantan, Brian lalu mendirikan program Temani Ibu. Melalui media sosial Instagram, Brian bersama rekan sejawat melakukan sosialisasi melalui media sosial. mereka juga membuat grup Whatsapp yang berangotakan para bidan dan tenaga medis dibidangnya. Melalui grup ini para ibu hamil bisa berkonsultasi langsung.
“Daftar dulu bisa via IG, lalu jadi member WAG. Disini kami menjadi teman, bukan dipandang sebagai profesi, harapannya dengan menjadi teman, bisa lebih enak curhat masalah kehamilan. Kami juga libatkan dokter spesialis untuk memberikan masukan jika ada kasus kehamilan khusus. melalui program ini mereka juga memberikan pelatihan kesiapan kehamilan, mulai dari senam hamil hingga kegiatan persiapan persalinan lainnya,” ungkapnya.
Brian mengaku mendapatkan dukungan dari rekan sejawat. Sejumlah kelas kehamilan baik online maupun ofline juga digelar meskipun di tengah pandemi. Melalui kegiatan ini, Brian berharap dapat menjadi inspirasi bahwa profesi bidan sangatlah luas cakupanya. Profesi ini juga memiliki posisi sangat dekat dengan para calon ibu, sehingga sangat efektif dalam memberikan amsukan positif bagi eksehatan ibu dan janinnya.
[Diunggah oleh Avrilia Wahyuana]