SoloposFM – Media sosial saat ini sudah menjadi bagian penting dari kehidupan kita sehari-hari. Hampir semua orang memiliki akun media sosial dan kita bisa menggunakannya untuk berbagai hal. Salah satu fitur yang terdapat di berbagai media sosial adalah kolom komentar. Ini bisa kita gunakan untuk berkomentar terhadap konten atau isi unggahan seseorang.
Dalam berkomentar, kita tentu perlu berhati-hati. Komentar yang menyalahi undang-undang bisa membuat kita terjerat hukum. Namun, tak hanya soal hukum, etika pun tak kalah penting mengingat kita warganegara yang ber-Pancasila.
Pada Selasa 1 Juni kemarin, Indonesia memperingati Hari Lahir Pancasila. Peringatan ini berdasarkan pidato yang dilakukan oleh Presiden pertama Indonesia, Soekarno pada 1 Juni 1945 dalam sidang Dokuritsu Junbi Cosakai (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan). Pidatonya pertama kali mengemukakan konsep awal Pancasila yang menjadi dasar negara Indonesia.
Kembali ke masalah Medsos, gesekan yang timbul akibat aksi saling hujat dan fitnah di media sosial berada di titik mengkhawatirkan. Warganet belakangan terkesan tak peduli betapa buruk ucapan yang mereka buat di media sosial.
Pegiat media sosial Nukman Luthfie menilai ada satu hal penting yang dilupakan oleh pengguna media sosial di Indonesia belakangan ini. Menurutnya masyarakat kerap lupa bahwa media sosial tak ubahnya ruang publik yang membutuhkan etika dalam setiap interaksi di dalamnya.
Belum Berkarakter Pancasila
Bicara soal media sosial, momen peringatan Hari Lahir Pancasila pada 1 Juni lalu bisa dijadikan pengingat soal etika dalam berinteraksi di media sosial yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Sayangnya, unggahan-unggahan warganet Indonesia dinilai masih belum berkarakter Pancasila. Hal ini terlihat dari hasil poling dalam sesi Dinamika 103, Rabu (2/6), di mana 100% pendengar Solopos FM menilai bahwa unggahan di media sosial belum sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Hal itu seperti disampaikan pendengar, Dyah, “Sebenarnya sikap netizen begitu karena hubungan sebab akibat. Media sosial saat ini menjadi sangat tidak terkendali, mana yang hal pribadi dan publik. Banyak yang mudah tersulut akhirnya perang, padahal kalau dipikir-pikir nggak ada untungnya juga. Semoga bisa lebih bijak dan paham resiko atas hal yang kita lakukan di medsos.”
Sementara menurut Mahantoro, “Saya tidak menyalahkan netizen yang sebenarnya sudah Pancasilais. Kecuali yang berakar rumput dari kelompok radikal. Sayangnya generasi bangsa ini tidak mau memakai logika akal sehat.”
“Sebenarnya nilai-nilai dan karakter Pancasila lebih diperkuat penanamannya di sekolah mulai dari TK sampai bangku kuliah, termasuk soal etika dalam bermedia sosial yang sesuai dengan nilai Pancasila,” kata Farida.
[Diunggah oleh Mita Kusuma]