SoloposFM, Pandemi COVID-19 hingga saat ini masih menjadi persoalan di Indonesia. Meskipun dampak pandemi cukup besar dan sejumlah upaya menghentikanya amsih terus dilakukan, sangat disayangkan masih muncul hoax atau berita bohong terkait COVID-19.
Sejumlah pihak menyebut hoax menjadi salah satu gangguan yang berpotensi untuk memperlambat proses penanggulangan COVID-19 di Indonesia. Hal ini mengingat cukup banyak masyarakat yang tertipu dengan info palsu maupun tidak benar.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan drg. Widiyawati mengatakan pihaknya telah berupaya untuk mencegah peredaran hoax terkait isu kesehatan secara meluas. Adapun upaya tersebut salah satunya melalui penguatan literasi digital terkait dengan kesehatan.
Baca juga : Idul Adha 2021, Pendengar SoloposFM : Sholat Ied Di Rumah Saja!
Guna mencegah hoax, Widiyawati juga terus mengingatkan masyarakat agar bijaksana dalam menerima suatu informasi. Ia mengimbau agar masyarakat menyaring terlebih dahulu informasi yang didapat, terlebih jika informasi tersebut disebar.
Di Soloraya
Adib Asfar Muttaqin, Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Solo dalam Dinamika 103 SoloposFM, Rabu (22/7/2021) mengakui maraknya hoax di Soloraya. Lebih dari 1,5 tahun pandemi tapi masalahnya masih sama, padahal pengetahuan soal virus ini seharusnya sudah banyak.
“Di Indonesia edukasi tentang hal ini belum menyentuh kesadaran orang hingga tingkat bawah. Cara mengenali dengan cari sumbernya. Jelas atau tidak sumbernya. Jika tidak jelas sumbernya, perlu dipertanyakan kebenaran berita etrsebut. Jadi lebih baik janagn dibagikan pesannya,” ungkap redaktur Solopos.com ini.
Ia melanjutkan, jika dalam pesan tersebut tercantum narasumbernya, maka perlu dicari rekam jejak narasumber apakah berkompeten untuk bicara terkait hal tersebut. Apakah dia dokter spesialis penyakit menular, atau Satgas resmi pemerintah, jangan malas cari referensi rekam jejaknya.
Baca juga : Ambulans Kala Pandemi, Pendengar SoloposFM: Sirinenya Bikin Nggrantes
“Hoax harus dialwan dengan edukasi. Proses ini masih panjang di Indonensia. Orang yang bosan pembatasan, akhirnya lebih memilih berita yang melawan fakta. Selain itu inkonsistensi kebijakan pemerintah dan omongan pejabat yang bebeda-beda juga menambah ketidakpercayaan masyarakat,” papar Adib lebih lanjut.
Ia berharap kedepannya pemerintah menggandeng tokoh agama dan juga guru untuk mengedukasi masyarakat akan bahaya Covid-19. Menurutnya hingga saat ini masih banyak tokoh agama dan guru yang menyebarkan ketidakpercayaannya akan Covid-19, padahal mereka memiliki jangkauan massa yang luas.
“Kita juga harus selalu kritis pada berita yang diterima. Jangan asal percaya. Apalagi jika informasi ini disampaikan oleh orangyang tidak punya kapasitas,” pungkas Adib.
Opini Pendengar SoloposFM
Dalam Dinamika 103 SoloposFM, Rabu (22/7/2021) pendengar SoloposFM, peserta poling imbang dalam intensitas menerima hoax selama PPKM darurat. Sebesar 50% mengaku masih sering menerima. Sedangkan sisanya mengaku sudah jarang menerima pesan hoax.
Berikut sejumlah opini mereka
“Hoax di medsos? Nggak lah! Berita valid iya di 103, koran Solopos dan media cetak yang lain,” ungkap Sriyatmo.
“Kan sudah ada aturan mainnya. Selama diperlakukan PPKM ada hoax hukumanya akan berat, itu kata pemerintah. Seabrek aturan tapi kalau ketegasanya nggak ada ya percuma,” tulis Yudis.
‘Perlu regulasi yang ketat, ketika diera digital ini semakin mudah masyarakat mengakses dan mendapatkan impormasi yang belum tentu valid,” papar Ahmad Sanusi.
“Pemerintah saat ini tidak hanya memerangi covid-19 tapi berita hoax juga musuh utama. Hoax juga sama bahayanya dengan Covid 19, dan saya tidak terlalu menanggapi berita-berita yang nggak masuk logika dan berseberangan dengan pemerintah. Kebanyakan mereka itu selalu menyalahkan pemerintah. Mmasyarakat kita sepertinya masih terbelah karena efek Pemilu, dan antara cebong dan kampret sampai saat belum akur. Kita harus cerdas mencerna berita yang kita terima,” ungkap Sri Almi di Sragen.
“Memang saat ini banyak sekali pesan WA yang diteruskan, entah itu anjuran, obat dan berita yang tidak jelas sumbernya. Hampir tiap hari ada di grup WA,” tulis Candra di Karanganyar.
“Saya akhir-akhir ini sering dapat berita hoax mengenai vaksinasi. Saya kemakan 2x dan sekarang bila ada berita vaksinasi saya harus cek dulu agar jangan sampai membohongi teman bila di share. Apalagi animo masyarakat yang berkeinginan untuk vaksin besar sekali. Harapan saya yng mengedarkan berita hoax ditindak tegas sesuai undang-undang IT,” ungkap Priyanto.
[Diunggah oleh Avrilia Wahyuana]