SoloposFM, Setiap 22 September, Car Free Day atau Hari Bebas Kendaraan Bermotor dirayakan di seluruh dunia. Melalui gerakan ini masyarakat dihimbau tidak menggunakan kendaraan mereka selama sehari. Perayaan ini juga mendorong pengendara untuk jalan kaki, bersepeda atau mulai menggunakan transportasi umum bagi mereka yang perlu melakukan perjalanan jauh.
Dilansir National Day Calendar, sejarah Hari Bebas Kendaraan Bermotor sebenarnya sudah dimulai sejak 1950-an, saat berbagai kalangan memprotes penggunaan kendaraan bermotor khususnya mobil. Saat itu, mobil dianggap mengganggu kota dan lingkungan. Inilah yang membuat Belanda dan Belgia mengadakan Hari Minggu Bebas Kendaraan Bermotor mulai tahun 1956-1957.
Baca juga : Hari PMI Di Tengah Pandemi, PMI Solo Termasuk Penyedia Plasma Konvalesen Terbesar
Kota Solo di bawah pemerintahan Joko Widodo adalah wali kota yang pertama yang menggagas hari bebas kendaraan bermotor, yaitu di sepanjang Jl. Slamet Riyadi pada setiap hari Minggu, mulai pukul 6 hingga 9 pagi, walaupun jalanan sudah mulai terlihat pejalan kaki dan pengendara sepeda motor sejak pukul 5 pagi.
CFD Solo
Setelah Hari Bebas Kendaraan Bermotor sukses berjalan di Jl. Slamet Riyadi selama beberapa tahun, maka kemudian ditambah satu ruas jalan lagi, yaitu Jl. Juanda. Namun penyelenggaraan CFD dihentikan sejak awal pandemi Covid-19 hingga saat ini.
Ari Wibowo, Kepala Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Solo, dalam program Dinamika, Rabu (22/09/2021), mengaku belum bisa memperkirakan kapan Solo Car Free Day (SCFD) akan kembali bisa digelar. Kondisi pandemi yang masih berlangsung dan status kota Solo yang masih di level 3 PPKM, membuat SCFD belum bisa diselenggarakan kembali.
“Pada Juni lalu SCFD sebenarnya Ultah 11 tahun, namun kala itu kondisi Covid-19 Solo masih gawat dengan varian Deltanya. Padahal kami sebelumnya sudah berkomunikasi dengan sejumlah komunitas yang berkontribusi di SCFD, mulai dari PKL hingga pegiat senam. Namun keamanan dan kesehatan masyarakat tentu yang paling utama. Minimal kala Solo sudah PPKM level 1 dan ada ijin Wali kota,” papar Ari.
Kepadatan Kendaraan Solo
Ari mengakui meskipun pandemi belum berakhir, namun jumlah kendaraan di Solo sudah mulai normal, hampir sama seperti sebelum pandemic. Pelonggaran PPKM dinilainya merupakan salah satu penyebab karena kegiatan ekonomi masyarakat sudah kembali meningkat.
Baca juga : Penipuan Arisan Online, Sosiolog UNS : Jangan Percaya Testimoni, Harus Diimbangi Literasi Digital!
Lebih lanjut Ari menjelaskan pada awal 2020 atau sebelum pandemi, kepadatan kendaraan di Solo menjapai 800.000 perhari. Angka ini cukup tinggi mengingat jumlah penduduk di Solo yang hanya sekitar 560.000 orang.
“Kala awal pandemi sempat turun, tapi sekarang sudah mulai normal. Lokasi rawan macetnya merata, di jam berangkat dan pulang kerja. Yaitu 07.30-08.30 dan sore jam 16.00-17.00,” jelas Ari.
Ari menghimbau masyarakat di hari bebas kendaraan bermotor ini untuk beralih bersepeda atau berjalan kaki jika jarak tempuh perjalanannya dekat. Masyarakat juga diminta beralih menggunakan angkutan umum seperti Batik Solo Trans yang hingga hari ini masih gratis.
Opini Sobat Solopos
Sobat Solopos dalam program Dinamika, Rabu (22/09/2021), mayoritas mengaku merindukan penyelenggaraan kembali Solo Car Free Day dan berharap SCF segera diaktifkan kembali
Berikut sejumlah opini mereka :
“Kangen CFD dong masa enggak,” tulis Anwar Saif.
“Semoga kondisi segera normal agar bisa kembali jualan di CFD,” tulis Maya.
“Makanya pada taat prokes donk, biar CFD nya bisa mulai lagi,” ungkap Adi.
[Diunggah oleh Avrilia Wahyuana]