SoloposFM, Tidur mendengkur mendengkur salah satu penyebabnya adalah adanya penyempitan/sumbatan sebagian saluran napas atas sewaktu tidur. Beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami hal tersebut.
Solopos FM, Bersama Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Surakarta, membahasnya dalam RAVIS Talkshow Bincang Kesehatan, Kamis, 21 Oktober 2021. Hadir sebagai narasumber dr. Hermawan Surya D. Sp.THT-KL. Program Radio Visual ini juga live di Instagram dan Youtube SoloposFM maupun RSUP Surakarta.
Baca juga : Ubah Ruangan Sempit jadi Luas dengan 3 Trik Pemilihan Karpet Ini
dr. Hermawan Surya mengungkapkan mendengkur bisa karena permasalahan kegemukan dengan Body Mass Index (BMI) lebih dari 25, dengan lingkar leher yang lebih dari 43 cm. penyebab lain juga bisa karena pangkal lidah yang besar, terdapat kelainan struktur anatomi saluran pernafasan atas (amandel, adenoid, konka hipertrofi, polip), serta pada orang yang mengalami kelainanan anatomis rahangnya.
Gangguan Tidur Efek OSA
“Mendengkur yang terjadi karena gangguan penyempitan atau sumbatan saluran pernafasan yang disebut dengan Obstructive Sleep Apnea (OSA). Penderita dapat mengalami henti nafas 10 detik atau lebih saat tidur, sehingga menyebabkan turunnya saturasi oksigen dalam darah,” paparnya.
Selain itu juga dapat terjadi karena adanya kelainan pada otak yang gagal mengirim sinyal ke organ yang mengatur pernafasan yang disebut dengan “Central Sleep Apnea”. Dapat juga kedua terjadi bersamaan yang disebut dengan “Mixed Type Sleep Apnea”. Penderita OSA seringkali didapatkan mengalami terbangun arena tersedak pada malam hari yang berakibat tidur tidak pulas.
“Gangguan tidur akibat OSA mengakibatkan penurunan kualitas hidup berupa rasa mengantuk berlebihan sepanjang hari (excessive daytime sleepiness), konsentrasi yang menurun, rasa lelah dan lesu, hambatan dalam prestasi belajar atau bekerja,” ungkap dr. Hermawan Surya lebih lanjut.
Terapi Pengobatan
OSA memiliki angka kejadian yang tinggi dan semakin meningkat yang memberikan efek samping terhadap kejadian penyakit jantung, hipertensi dan dihubungkan dengan menurunnya angka harapan hidup pada pasien dengan gagal jantung. Keberadaan OSA perlu diperhatikan dalam praktek klinis, terutama pada pasien yang memiliki komorbid penyakit kardiovaskular.
Baca juga : ShopeePay Talk Kulik Strategi Memilih Rekan Bisnis yang Tepat agar Bisnis Makin Langgeng
Diagnostiknya dimulai dari wawancara menggunakan penilaian Epworth sleepiness score (ESS), jika score nya > 10 dicurigai adanya OSA, maka selanjutnya dilakukan pemeriksaan endoskopi fleksibel di daerah hidung hingga tenggorokan untuk menentukan ada tidaknya penyempitan/sumbatan saluran nafas atas.
“Selain itu penting juga dilakukan polisomnografi atau Tes Tidur, untuk memastikan frekuensi dan derajat gangguan pernafasannya, apakah dari sentral atau dari sumbatan di jalan nafas atas. Penanganannya tergantung kesimpulan dari serangkaian hasil pemeriksaan yang telah dilakukan,” papar nya.
Pertama bisa dilakukan program penurunan berat badan jika terdapat obesitas. Terapi obat- obatan dilakukan jika diperlukan, tentunya dengan konsultasi dokter terlebih dahulu.
Pemakaian beberapa alat bantu juga bisa dilakukan agar jalan nafas tetap terbuka dan tidak menyempit saat tidur hingga pemakaian CPAP (Continous Positive Airway Pressure), yaitu tekanan udara positif melalui penggunaan masker khusus. Tahapan berikutnya adalah dengan operasi, jika ada penyumbatan jalan nafas yang bisa diselesaikan secara aman dengan jalan operasi, missal karena amandel, adenoid atau pembesaran konka hidung.
[Diunggah oleh Avrilia Wahyuana]