SoloposFM, Mengawali 2022, sejumlah kasus bunuh diri terjadi di Soloraya. Belum seminggu sejak kasus bunuh diri di Ampel, kabar bunuh diri terjadi lagi di Boyolali. Pada Selasa (4/1/2022) korban bunuh diri ditemukan di gorong-gorong pembuangan air Kali Serang, Wonosogero, Boyolali.
Dikutip dari Solopos.com, keluarga korban mengatakan bahwa korban sudah lama mengalami depresi dan pihak keluarga yakin tidak ada unsur kekerasan dari siapapun. Korban diduga bunuh diri pada Senin (3/1/2022) malam dengan cara melompat dari Kali Serang.
Baca juga : Awal Tahun, ShopeePay Ajak Masyarakat Lebih Peka dan Manfaatkan Hal Sederhana di Sekitar
Sebelumnya di Sragen, warga Dukuh Jurangjero Kidul, Desa Jurangjero, Kecamatan Karangmalang, Sragen, Ngadimin Arjomin, 73, ditemukan meninggal dunia dengan luka-luka di bagian kepala di rumahnya, Sabtu (18/12/2021). Setelah dilakukan pemeriksaan, korban meninggal dunia diduga bunuh diri karena depresi setelah ditinggal meninggal istrinya.
Sementara di Propinsi sebelah, di Gunungkidul DIY, kasus bunuh diri selama 2021 mengalami peningkatan jika dibandingkan pada 2020. Peningkatan yang ada terbilang tinggi.
Pada awal Desember 2021 tercatat jumlah kasus bunuh diri mencapai 38 kasus, dengan rincian 37 dengan gantung diri, dan satu orang dengan meminum racun. Sementara tahun lalu tercatat 29 kasus bunuh diri, 26 diantaranya melakukan dengan gantung diri, dan tiga lainnya meminum racun.
Psikolog Himpsi Solo
Joko Dwi Nugroho, Psikolog dari Himpsi Surakarta, dalam Dinamika 103, Jumat (06/01/2022), mengungkapkan bunuh diri bukanlah penyakit yang bisa dengan mudah “diramal” lewat gejala tertent.
Baca juga : Omicron Mengancam, Ajang Penghargaan Grammy Ditunda
“Hal tersebut sering tidak diketahui alasannya. Bisa terjadi di segala rentang usia, bahkan remaja. Setiap aksi bunuh diri adalah kasus yang unik, dan tidak ada yang akan benar-benar tahu apa yang jadi alasan utama di baliknya,” ungkapnya.
Lebih lanjut Joko menjelaskan bunuh diri pada umumnya adalah tindakan yang dilakukan atas dasar luapan emosi dan tanpa pikir panjang. Meski mungkin keputusan ini juga akibat alasan yang mengendap lama tanpa pengetahuan orang lain.
“Orang harus mulai peduli pada sekitarnya. Jangan ragu bertanya pada rekan atau keluarga, apakah ada masalah? Bunuh diri ini seringnya dipicu emosi yang tak tersalurkan. Anda harus menjadi pendengar yang baik. Coba bujuk untuk pergi ke terapis, tetapi jangan beradu argumen tentang kematian atau bunuh diri. Orang yang sedang memiliki masalah berat, cenderung tidak dapat berpikir rasional. Terus berikan semangat,” jelasnya lebih lanjut.
Opini Sobat Solopos
Dalam Dinamika 103, Jumat (06/01/2022), 80% Sobat Solopos mengaku optimis bunuh diri bisa dicegah. Sedangkan 20% lainnya mengaku tidak optimis.
Berikut sejumlah opini mereka :
“Untuk menghindari strees dll sesungguhnya mudah. Cukup stay tune menyimak bincang psikologi bersama mas Joko di SoloposFM,” dari Ahmad di Nayu Timur.
“Kadang ornag yang punya masalah tak tau bagaimana bercerita. Harus peduli juga pada orang sekitarnya,” ungkap Siti.
[Diunggah oleh Avrilia Wahyuana]