SoloposFM, Ribuan pedagang Pasar Legi di Solo, sudah pindah dari lapak pasar darurat yang mereka tempati sejak kebakaran pasar pada akhir Oktober 2018 lalu. Mereka mulai menempati bangunan baru Pasar Legi yang berkonsep ramah lingkungan.
Heru Sunardi, Kepala Dinas Perdagangan Kota Solo, dalam Dinamika Selasa (18/01/2022), lapak pasar darurat di sejumlah ruas jalan di sekitar Pasar Legi sudah dikosongkan para pedagang. Sejumlah petugas terlihat membongkar lapak-lapak tersebut.
“Pembongkaran lapak darurat harus menunggu proses lelang. Namun beberapa titik sudah dibongkar. Misal di depan puskesmas Stabelan dan di depan hunian rumah prioritas dibongkar lebih dahulu,” papar Heru.
Sedangkan di dalam bangunan pasar yang baru, belum semua pedagang menempati kios/los mereka. Heru memberi toleransi hingga 20 Januari atau saat persmian pasar,s emua pedagang sudah menempati kios/losnya.
Data Kios dan los
Berdasarkan data Dinas Perdagangan Kota Solo, jumlah pedagang di Pasar Legi sebanyak 3.160 orang. Mereka dibagi menjadi empat blok yakni A, B, C dan D sesuai zonasi yang ditetapkan. Di lantai dasar, Blok A ditempati pedagang kerupuk, pakaian, dan buah, lalu Blok B ditempati penjual sayur, cabai, bawang merah, bawang putih, ketela dan hasil bumi. Kemudian, Blok C untuk pedagang empon-empon, serta Blok D ditempati pedagang daging, arang, garam, kolang-kaling, gilingan tepung dan tempe.
Selanjutnya, di lantai 1 Blok A zona untuk pedagang sembako, plastik dan kelontong, lalu Blok B untuk pedagang grabatan, Blok C untuk pedagang kepala dan Blok D untuk pedagang ikan asin. Sedangkan lantai II untuk pedagang kuliner dan pelataran (oprokan).
Baca juga : Keluhan Asam Urat, Persagi Surakarta : Bisa Diatasi Dengan Diet Yang Tepat!
Heru Sunardi, mengatakan, semua pedagang kooperatif dan tidak ada yang menolak untuk pindah dari pasar darurat. Jika ada yang menolak, maka akan mendapatkan sanksi dari Dinas Perdagangan.
Keluhan Pedagang
Sejumlah keluhan menurut Heru memang sudah diutarakan pedagang. Diantaranya suara blower exhaust fan yang dinilai sangat bising. Juga akses masuk ke dalam pasar yang menurut pedagang tidak praktis karena hanya satu sisi. Kios yang berada paling belakang jadi tak tampak oleh pembeli. Padahal, para pengunjung mencari kepraktisan saat berbelanja.
Solusi jangka pendek persoalan exhaust yang bising adalah memasang alat kedap suara. Sementara untuk tampias kala hujan, rencananya bakal dipasang kanopi.
Heru juga menyarankan pedagang untuk berlangganan parkir. Mengingat kendaraan pedagang yang harus keluar masuk lahan parkir untuk bongkar muat yang kadang lebih dari 10 kali. Agar mereka tidak bayar parkir tiap kali masuk pasar, solusinya adalah dengan langganan parkir.
[Diunggah oleh Avrilia Wahyuana]