SoloposFM – Pada tanggal 19 April lalu, Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia atau PSSI genap berusia 86 tahun. Indonesia sendiri sudah banyak melahirkan talenta muda di olahraga terpopuler sejagat ini. Timnas Indonesia juga sering unjuk gigi di kompetisi sepakbola Asia dan rata-rata penampilan timnas cukup membuat kita semua bangga.
Di sisi lain, sepakbola Indonesia begitu bergairah dan terus menggelora hingga sekarang. Bahkan ketika status PSSI dibekukan, hal itu juga tak menyurutkan semangat insan sepakbola untuk tetap menghidupkan olahraga ini. Berbagai kompetisi lokal tetap digelar demi menjaga api sepakbola agar terus menyala. Mulai dari kelas tarkam hingga kompetisi level nasional yang disokong pihak sponsor.
Dari catatan perjalanan sepakbola Indonesia, minimal seusia PSSI yang sudah 86 tahun menjadi induk olahraga sepakbola Indonesia, apakah sudah ada hasil yang kita rasakan dari sepakbola?
Pembekuan PSSI oleh pemerintah setahun yang lalu semestinya jadi ajang introspeksi diri bagi semua stakeholder sepakbola untuk berbenah. Untuk mengoreksi diri menuju tata kelola sepakbola Indonesia yang lebih baik lagi.
Tapi sepertinya impian itu masih jauh panggang dari api. Kerusuhan supporter masih saja terjadi. Suporter luka, bahkan kehilangan nyawa akibat membela kehormatan tim yang dipujanya sudah biasa terjadi. Bahkan sampai sekarang itu semua masih saja terjadi.
Kerusuhan di Stadion Petrokimia saat laga PS TNI melawan Persegres Gresik United pada Minggu kemarin, menyebabkan puluhan suporter mengalami luka-luka. 48 suporter Ultras dilarikan ke rumah sakit, beberapa di antaranya mengalami patah tulang. Sedangkan suporter PS TNI dua orang dikabarkan luka.
Di tempat lain, seorang suporter PSS Sleman tewas setelah terlibat bentrok dengan suporter lawan. Insiden yang disebut-sebut melibatkan oknum suporter tim tetangga PSIM Yogyakarta itu terjadi di kawasan Jalan Magelang. Jika sepakbola Indonesia masih saja diwarnai insiden kerusuhan berdarah, kapan sepakbola Indonesia bisa maju? Butuh nyawa berapa banyak lagi agar supporter berhenti bertikai? Apakah kita lupa bahwa sepakbola tanpa kerusuhan itu sangat indah?