SoloposFM–Kasus tewasnya 3 mahasiswa UII saat mengikuti Diksar di Lawu, Karanganyar, beberapa waktu lalu sampai saat ini masih terus diusut pihak kepolisian.
Namun terlepas dari proses hukumnya nanti seperti apa, ada fakta menarik yang sempat membuat kita semua mengerenyitkan dahi. Yaitu soal taruhan nyawa di atas meterai Rp6.000.
Jadi, para peserta Diksar diminta tanda tangan pada surat persetujuan orangtua di atas meterai Rp 6.000. Para peserta Diksar pun diancam atau ditekan, agar tidak macam-macam karena nyawa mereka ada diatas meterai Rp 6.000. Dan orang pun nggak ada yang tahu kalau panitia berbuat macam-macam di lokasi Diksar.
Berikut sejumlah komentar warga terkait hal ini:
Yanti, Kartasura (+6285642489XXX)
Para tersangka sudah ditangkap & diperiksa tapi hukuman maximal 5 tahun sepertinya sangat tidak imbang dengan kejahatan yang dilakukan. Nyawa 3 orang ditambah beberapa mahasiswa yang trauma bahkan ada yang masih di ICU sangatlah tidak sebanding dengan hukuman yang akan dikenakan. Tidak terbayangkan juga para keluarga yang anaknya ikut jadi korban, tidak bisa berbuat banyak untuk mengembalikan nyawa yang telah dihilangkan itu.
Sri Almi, Sragen (+6282135545XXX)
Bermaterai merupakan hal yang sudah menjadi ketetapan, kita perlu pintar-pintar/cerdas dengan segala sesuatu yang bermaterai & sebelum materai tertempel, ditandatangani & cap, supay tak ada salah penggunaan wewenang & penyesalan. Mengenai Diksar Mapala UUI, bila terbukti, suatu kekejaman & saat ini sudah tidak jaman lagi. Untuk ke depannya perlu banyak dievaluasi kegiatan-kegiatan yang mengarah ketahanan fisik yang mengarah dalam kekerasan.
[Dita Primera]